DI Yogyakarta · Indonesia · Jawa Tengah

Dataran Tinggi Dieng (Jogja – Wonosobo – Dieng)

Pada libur semester 9, tepatnya hari Minggu tanggal 27 Januari 2008 (bertepatan saat meninggalnya mantan Presiden RI yang kedua, Bapak Soeharto), saya dan teman kampus nge-trip ke Dataran Tinggi Dieng.

Trip ini merupakan trip dadakan alias tanpa perencanaan. Malam sebelum berangkat (malam minggu) saya hubungi teman2 untuk join, karena dadakan maka ada yang bisa dan ada yang tidak. Ternyata cukup banyak juga yang tertarik walaupun mereka tidak tau itinerary-nya. Mereka yang ikut adalah Cipto, Febrian, Moris, Yudi, Taufik, Tria, Febri, dan Yustya. Karena saya yang mengajak maka mereka akan mengandalkan saya sebagai EO gratisan. Karena itu, saya langsung googling mengumpulkan informasi dan tak lupa membeli peta di salah satu toko buku ternama di kota Jogja yaitu Togamas. Saya juga berkoordinasi dengan Agung, teman kampus yang rumahnya di Wonosobo, untuk jadi guide saat kami tiba di Wonosobo.

Minggu jam 6 pagi perjalanan Jogja – Dieng dimulai. Perjalanan ini seharusnya dimulai jam 5, namun karena cipto telat bangun maka terpaksa kami menunggu sampai dia selesai beres2. Cipto memang selalu jadi troublemaker kalo janjian 😛

Kami konvoi menggunakan 5 buah motor. Perjalanan pagi2 memang menyenangkan karena udara masih segar dan jalanan masih sepi. Namun karena udara yang dingin membuat saya sekali2 bergidik kedinginan.

Perjalanan Jogja – Dieng via Wonosobo dapat ditempuh melalui 2 jalur. Jalur pertama melalui kota Magelang dan Temanggung. Jalur ini memiliki akses yang lebih baik karena merupakan jalan utama antar kabupaten/kota sehingga ukuran jalan lebih lebar. Jalur kedua melalui Candi Borobudur kemudian mengikuti jalur arah Purworejo. Berdasarkan mapping dan info dari Agung, jarak Jogja-Wonosobo via jalur kedua lebih singkat daripada jalur pertama. Maka saya memutuskan untuk memilih jalur kedua.

Setelah menempuh waktu 45 menit, kami tiba di daerah Candi Borobudur. Next, kami mengikuti petunjuk jalan arah Purworejo (petunjuk jalan cukup lengkap, ada di setiap persimpangan, sehingga memudahkan perjalanan). Jalannya cukup bagus namun kontur jalannya bergelombang sehingga banyak tanjakan/turunan. Karena tidak familiar dengan jalanan itu maka saya harus berhati2.

Setelah menyusuri jalan puluhan kilo saya sempat wondering karena belum menemukan belokan/simpang menuju wonosobo. Akhirnya saya bertanya kepada warga lokal yang sedang berada dipinggir jalan. Kata warga tersebut beberapa kilo lagi kami akan menemukan plang penunjuk arah ke Wonosobo. Dan ternyata benar, akhirnya kami menemukan plang tersebut. Tak jauh didepannya ada pertigaan yang di tengah2nya terdapat sebuah tugu. Pertigaan tersebut cukup gede’ dan banyak bus 3/4 yang mangkal disana. Mungkin bus itu rute ke Wonosobo. Dari pertigaan tersebut kalau ambil arah lurus akan menuju Purworejo (sekitar 6-7 km) sedangkan jika belok kanan akan menuju ke Wonosobo. Jadi sebenarnya ada 3 alternatif pilihan menuju Wonosobo/ Dieng yaitu: Jogja – Purworejo – Wonosobo (bukan hanya via Candi Borobudur).

Perjalanan masih panjang, jarak yang telah ditempuh baru setengah perjalanan. Medan yang kami tempuh selanjutnya ini lebih menantang karena jalannya menanjak dan berliku. Jadi perlu ekstra hati-hati. Walau begitu, percayalah ini adalah perjalanan yang sangat menyenangkan karena sepanjang jalan pemandangannya sangat asri, hijau, dingin, dan gunung2 terlihat dengan begitu jelasnya

Finally, setelah menempuh 3 jam perjalanan kami tiba di Wonosobo. Yudi, Cipto, Moris, dan semua teman2 pada protes karena tak mengira perjalanan akan sejauh ini. Namun mereka tidak marah karena kelelahan tersebut sebanding dengan keindahan pemadangan sepanjang jalan.

Di Wonosobo, kami kembali mengisi bensin (saat berangkat motor sudah diisi full tank). Karena belum sarapan maka kami memutuskan untuk sarapan di Alun2 Kota Wonosobo. Di sini kami istirahat sejenak sambil menunggu Agung, teman kampus yang saya bilang akan jadi guide kami menuju Dieng. Suasana alun2 cukup rame, banyak warga setempat yang sarapan di sana setelah mereka berolahraga (Sunday Morning). Saya suka dengan kerapian dan kebersihan kota Wonosobo ini, ditambah lagi dengan segarnya udara di sini (karena berada di kaki gunung).

Agung datang, lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Jarak Wonosobo-Dieng sekitar 26 km, namun karena jalannya menanjak maka perlu waktu sekitar 45-60 menit. Sepanjang jalan, di kiri dan kanan jalan terhampar pemandangan yang sangat indah. Semakin ke atas pemandangan semakin menakjubkan. Namun saya tetap harus ekstra hati-hati karena tanjakannya begitu terjal dan jalannya semakin berliku. Saya terpaksa harus sering menggunakan gigi 2 bahkan gigi 1 saat tanjakan tersebut

Akhirnya, kami tiba di pos penjagaan yang menandakan kami sudah sampai di “Dataran Tinggi Dieng” yang berada pada ketinggian 2000 m dari permukaan laut. Untuk masuk kawasan wisata tersebut dikenakan HTM sebesar Rp 12.000 per orang. Tiket masuk tersebut dapat digunakan untuk mengunjungi 4 tempat yaitu Telaga Warna, Kawah Sikidang, Kompleks Candi, dan Dieng Plateu Theatre. Seharusnya kami membayar Rp.120.000 (karena kami ber-10), namun ternyata di sini bisa tawar menawar sehingga kami hanya membayar Rp.100.000 saja. Jadi jangan lupa untuk tawar menawar jika ke sini dalam rombongan yang cukup besar.

“WELCOME TO DIENG PLATEU”

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Telaga Warna. Konon kabarnya telaga ini dulu memiliki banyak warna sehingga disebut telaga warna. Namun saat ini warnanya hanya tinggal satu saja, yaitu hijau. Telaganya cukup luas dan dikelilingi pepohonan yang cukup rindang. Cukup menarik, hanya saja bau belerang dari telaga tersebut cukup menyengat.

Next, Kawah Sikidang yaitu kawah belerang yang masih aktif sehingga masih mengeluarkan asap belerang. Masak telor di kawah ini kayaknya seru, hehehe 🙂

Di sekitar kawah banyak warga lokal yang berjualan makanan/ snack sehingga kita bisa beristirahat sejenak sambil melepas lelah.

Walau cukup lelah namun kami masih bersemangat melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya, yaitu Kompleks Candi. Tempat ini tak kalah menariknya, pemandangannya yang hijau dan udara yang sejuk membuat kami betah berlama2 di sini. Disini kita juga dapat menyaksikan penduduk lokal yang sedang panen kentang.

Hari semakin siang dan kabut mulai turun. Masih ada satu tempat lagi yang belum kami kunjungi yaitu  Dieng Plateu Theatre. Kami segera menuju tempat terakhir ini. Disini pengunjungi disuguhi  pemutaran video berdurasi 20 menit tentang Dieng Plateu. Videonya terdapat english subtitle juga sehingga bisa dimengerti oleh turis mancanegara.

Jam 1.30 siang selesai menonton video kami berencana melanjutkan perjalanan ke perkebunan teh Tembi. Namun tiba2 kawasan dieng diguyur hujan dan kabut semakin tebal sehingga kami terpaksa membatalkan rencana ke perkebunan teh tersebut. Karena perjalanan ke Jogja masih cukup jauh maka kami memutuskan untuk pulang sambil menerobos hujan.

Overall, perjalanan Jogja-Dieng memang cukup jauh dan melelahkan. Namun karena Dieng menawarkan keindahan alam yang luar biasa maka  perjalanan tersebut sangat worth. Dieng memberikan wisata paket lengkap meliputi telaga, kawah, candi, dan hamparan pemandangan yang menyejukkan mata. Sebagai tips, jika anda kesana dalam rombongan yang cukup besar, tak ada salahnya anda rental mobil (daripada konvoi motor) agar tidak terlalu capek. Apapun pilihan kendaraan anda, Dataran Tinggi Dieng wajib dijadikan destinasi wisata 😀