Foreign · Philippines

Jalan-Jalan ke Filipina #3: Mabuhay, Manila

Day #4

Cerita sebelumnya baca DISINI

Kami mendarat di Terminal 4 Ninoy Aquino International Airport jam 9.15 pagi. Di Manila tujuan utama kami hanya Intramuros saja, di tambah Manila Bay sebagai pengisi waktu. Karenanya kami memilih hotel yang dekat dengan kedua tempat tersebut, pilihan kami adalah Hotel Red Planet Mabini, di kawasan Malate.

Kami naik transportasi umum. Karena LRT atau MRT-nya belum terkoneksi ke Bandara, maka kami harus menuju ke stasiun terdekat, yaitu EDSA. Untuk menuju kesana bisa menggunakan taksi, jeepney, atau airport loop. Airport loop hanya beroperasi dari dan ke terminal 3 (sedangkan kami berada di terminal 4). Bisa menggunakan shuttle bus ke terminal 3 kalau mau, tapi kami memilih menggunakan jeepney saja.

Kami berjalan keluar bandara. Terminal 4 ini letaknya di depan jalan raya. Dengan mengambil arah belok kanan, kemudian kami berjalan di atas trotoar sejauh 350 meter menuju persimpangan yang ditandai dengan pom bensin Petron di sebelah kiri. Lalu kami menyebrang menuju pom bensin tersebut dan kemudian menyebrang lagi melintasi Airport Road. Disini kami menunggu jeepney.

Jeepney adalah transportasi umum khas Filipina, mirip angkot tapi body-nya lebih besar dan kokoh dengan tampilan warna-warni yang ngjreng. Kami naik Jeepney tujuan stasiun LRT EDSA/ Pasay. Lumayan lama juga, sekitar 30 menit, dibeberapa bagian jalan ada yang agak macet.

EDSA ini berada di pusat keramaian, kami turun di dekat Mc.D. Sekitar 3 ruko sebelum Mc.D ada tangga ke atas menuju stasiun LRT. Kami menaiki tangga tersebut dan mengikuti petunjuk jalan, tapi panah tersebut membawa kami menuju pagar yang digembok (mungkin petunjuknya belum diganti?). Kami pun mencari jalan lain, melalui kios-kios pertokoan dan akhirnya sampai ke stasiun LRT.

Untuk masuk stasiun pengecekannya cukup ketat, security mengecek/ membuka barang bawaan kami terutama yang besar-besar. Selanjutnya kami mengantri naik LRT 1 tujuan stasiun Quirino. Kondisi di dalam LRT sesak dan padat, mirip KRL di Jakarta, mungkin lebih nyaman naik KRL saat bukan jam sibuk. Dari EDSA menuju Quirino tidak terlalu jauh, hanya 4 stasiun saja.

Kami tiba di stasiun Quirino. Selanjutnya jalan kaki menuju hotel yang berjarak 1 km melalui jalan San Andres. Kami sempat salah belok karena di kiri dan kanan perempatan ini sama-sama jalan San Andres. Seharusnya kami belok kanan (arah barat) menuju Manila Bay, tapi kami malah belok kiri. Setelah berjalan cukup jauh kami baru sadar karena titik penanda seperti San Andres Market yang harusnya ditemui tak kunjung terlihat. Terpaksa putar balik, dan menyebrang kembali di perempatan. Setelah berjalan sekitar 350 meter baru ketemu San Andres Market. Di sepanjang jalan banyak pedagang gorengan. Berbeda dengan di Indonesia yang umumnya menjual gorengan tempe, tahu, atau bakwan, disini gorengan yang dijual adalah gorengan seafood seperti cumi. Ngiler banget pengen nyicip, tapi khawatir terkontaminasi dengan bahan-bahan yang tidak halal.

Kami mampir di 7-Eleven untuk membeli minuman. Keringat cukup banyak bercucuran karena cuaca yang terik. Setelah segar kami melanjutkan perjalanan, sampai di perempatan kecil kami  berbelok kanan memasuki jalan Mabini. Dari sini Hotel Red Planet berjarak sekitar 270 meter, di kanan jalan.

Kami tiba di hotel sekitar jam 11.30 dan meminta early check-in. Untungnya dikabulkan sehingga bisa mandi dan istirahat dulu sebelum ke Intramuros. Di Hotel Red Planet ini ada 7-Eleven yang menjual macam-macam makanan siap saji. Tapi demi kehalalan saya hanya membeli nasi dan telor rebus saja, dimakan di dalam kamar dengan tambahan lauk ikan teri tanpa sambal. Kalau ada sambal pasti lebih nikmat, sayang sambalnya dibuang pas di imigrasi kemarin.

Jam 13.30 kami menuju intramuros. Awalnya mau naik LRT, tapi kami iseng menawar tricycle di depan hotel. Dapatlah harga PHP 120 berdua, cukup murah dan langsung sampai ditujuan. Kami sepakat untuk naik tricycle.

INTRAMUROS

Intramuros adalah kota tuanya Manila yang memiliki luas sekitar 0.67 km persegi. Semasa penjajahan Spanyol tempat ini merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, ekonomi, dan keagamaan yang ditandai dengan bangunan-bangunan berupa benteng, kantor gubernur, gereja, dll. Bangunan-bangunan tersebut sekarang umumnya dijadikan museum.

Perjalanan kami dimulai dari sisi utara Intramuros, yaitu FORT SANTIAGO. Tiket masuknya PHP 75. Benteng Santiago ini berbatasan langsung dengan Sungai Pasig, jadi tujuan didirikannya benteng ini tentu sebagai perlindungan dari serangan laut. Areanya cukup luas, ada penjara bawah tanahnya juga. Di penjara inilah Jose Rizal, pahlawan revolusioner Filipina, ditahan sebelum eksekusi mati. Eksekusinya dilakukan di area ini juga, ditandai dengan berdirinya patung Jose Rizal. Dan untuk mengenang Jose Rizal, terdapat Rizal Shrine Museum.

Dari Fort Santiago kami melanjutkan ke arah selatan menuju Plaza De Roma. Plaza De Roma ini adalah sebuah lapangan, dari sini terlihat Palacio Del Gobernador di sebelah Barat dan Cathedral Of Manila di Selatan. Bangunannya tampak megah, besar, kokoh, dan cantik.

Berjalan terus ke Selatan kami menemui Monumen Memorare Manila 1945. Monumen yang dibangun tahun 1995 ini sebagai pengingat atas pembantaian lebih dari 100.000 warga sipil dalam perang kemerdekaan.

Selanjutnya kami masuk ke Bahay Tsinoy, museum ini berada di dalam gedung Kaisa-Angelo King Heritage Center. Suasana di dalam gedung ini sepi, ketika kami datang hanya ada seorang security yang berjaga di depan pintu masuk. Lalu kami diarahkan menuju loket pembelian tiket, harga tiketnya PHP 100.

Bahay Tsinoy artinya rumah bagi warga Tionghoa Filipina. Di museum ini diceritakan kehidupan warga Tionghoa di Filipina. Kalau penduduk Filipina disebut Pinoy, maka warga Tionghoa Filipina disebut Tsinoy. Tour diawali dengan tampilan diorama yang menggambarkan kedatangan warga Tionghoa dengan latar kapal layar yang besar. Tsinoy ini umumnya sosok pedagang yang pandai. Selain itu, yang terpenting adalah Tsinoy bersama Pinoy bersama-sama berjuang melawan penjajahan. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari Filipina juga.

Selanjutnya kami menuju Casa Manila. Casa Manila adalah gambaran kehidupan spanyol selama masa kolonial. Kesan mewah dan elegan terasa disini. Arsitekturnya bagus.

Kemudian kami berjalan terus ke Selatan, tak terasa kami tiba di gerbang Intramuros. Artinya Intramuros’s tour sudah selesai.

Dari sini kami akan menuju Manila Baywalk. Mau naik LRT jarak ke Central Station cukup jauh (ditambah lagi tetap harus jalan kaki turun dari stasiun Quirino menuju baywalk), mau naik jeepney tak tau jalur, mau naik tricycle males tawar menawar, maka kami putuskan jalan kaki saja. Jaraknya lumayan sih sekitar 2.5 km. Kalau dihitung dari Fort Santiago tadi maka kami akan menempuh jarak sekitar 4 km. Lumayanlah bakar kalori 🙂

Kami melewati Rizal Park dan Nol Kilometer-nya Manila. Suasana taman cukup ramai dengan pedagang, orang yang berolahraga, ataupun santai-santai. Jalan kaki menuju Manila Baywalk ini cukup nyaman, jalanannya bersih dan banyak gedung-gedung tinggi. Setelah menyebrang di jembatan penyebrangan, kami sampai di Manila Baywalk.

MANILA BAYWALK

Kesan pertama terasa kotor karena banyak sampah ditepi pantai. Kemudian kami berjalan terus ke selatan mencari spot yang lebih bersih. Benar saja, semakin ke Selatan semakin bersih, tumpukan sampah berkurang dan cenderung bersih. Baru enak untuk duduk-duduk dan santai menunggu matahari tenggelam sambil relaksasi kaki. Banyak pedagang kaki lima yang berkeliling. Saya membeli kacang rebus dan ngemil sambil menunggu matahari turun.

Matahari agak tertutup awan, tapi semburat warna kuning kemerahan khas senja tetap mempesona. Santai sore disini cukup menyenangkan. Perlahan terang berubah menjadi gelap, giliran lampu-lampu taman yang menerangi pertanda malam telah datang.

Selanjutnya, kami menuju Robinsons Place Manila untuk makan malam. Jalan kaki lagi sejauh 1.5 km :-). Rencana awal kami akan makan di The Chicken Rice Shop, tapi sudah muter-muter 2 kali tidak ketemu tempatnya. Hanya terlihat Arya Persian Restaurant yang berlabel halal. Kemudian kami bertemu seorang ibu pengunjung mall yang berjilbab, ibu ini adalah warga lokal. Saya bertanya tempat makan halal. Si ibu sempat kebingungan, tapi kemudian dia berinisiatif bertanya ke bapak security. Lalu kami diantar ke Arya Persian Restaurant yang sudah kami jumpai tadi. Ya sudah deh, karena tak ada pilihan lain kami pun makan disana.

Sebelumnya saya agak ragu makan di restoran India atau Timur Tengah karena pernah punya pengalaman buruk sewaktu di Hong Kong. Tapi kali ini saya coba saja karena dari daftar menunya kelihatan menarik. Handy memesan chicken briyani sedangkan saya memesan mahi kabab. Mahi kabab adalah menu ikan yang telah dibumbui dengan bumbu khusus lalu digoreng dengan minyak zaitun dan disajikan dengan nasi basmati. Rasanya? ENAK 😉 Gak rugi ternyata makan makanan Timut Tengah. Harganya sih cukup mahal, tapi rasanya oke banget. Mungkin sudah tidak kapok lagi makan makanan Timur Tengah 🙂 Selesai makan kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki lagi sejauh 700 meter.

Hari yang melelahkan, kami jalan kaki tak kurang dari 8 km. Jalan-jalan ya terkadang memang capek tapi tetap saja ingin lagi dan lagi. Pulang ke hotel mandi air panas lalu istirahat….

 

Day #5

Hari ini kami akan pulang ke Jakarta. Pesawat berangkat jam 12.55. Agenda jalan-jalan sudah selesai. Dari hotel kami akan langsung menuju bandara. Kami naik LRT dari Quirino menuju EDSA. Dari EDSA naik airport loop menuju terminal 3, tarifnya murah hanya PHP 20. Lokasi Airport Loop ini parkir di dalam terminal EDSA.

Salamat, Philippines. Sampai jumpa lagi. Sekarang Air Asia sudah punya direct flight Jakarta-Manila, tentunya akses ke Filipina menjadi semakin mudah.

Leave a comment