Foreign · Philippines

Jalan-Jalan ke Filipina #2: Palawan (Puerto Princesa Underground River)

Day #3

Saya berada di Palawan karena Puerto Princesa Underground River. Dan pagi ini kami akan kesana. Saya begitu bersemangat. Jam 6.30 pagi, setelah sarapan kami duduk di lobby menunggu jemputan. Seperti halnya memasuki taman nasional di Indonesia, kita wajib registrasi terlebih dahulu karena ada kuota jumlah pengunjung. Registrasinya bisa dilakukan sendiri, tapi karena kendala jarak dan waktu (dan juga takut kehabisan kuota) maka kami memilih ikut paket tour. Paket tour ini kami pesan dari hotel bersamaan dengan paket Honda Bay kemarin. Semua pembayaran sudah dilakukan seminggu sebelum kedatangan. Harga paket underground river ini adalah PHP 1585, sudah termasuk makan siang. Harga ini cukup murah jika dibandingkan dengan paket tur lainnya. Itinerary yang kami dapatkan seperti ini:

 

UNDERGROUND RIVER TOUR (Lunch)
06:00 AM—Breakfast time.
06:45AM—meet the tour guide and driver at the Marianne Home Inn lobby. Depart for Underground River.
A UNESCO World Heritage Site. The river flows beneath a spectacular karts mountain before emptying into the South China Sea. “The world’s longest navigable underground river”.
1.5 hours travel via air-conditioned van on rugged and winding road while enjoying the scenic beauty of the countryside.
45 minutes to an hour tour inside the cave.
Buffet lunch at the restaurant after underground river tour.
03:00PM–Back to Marianne Home Inn.
 
Attire: Shorts, jeans, t-shirts, rubber slippers. You may bring towel/extra clothes (just in case you want to change clothes if you get splashed by water during the boat ride).
Everyone should bring their I.D.
Time of Tour: 6:45am to 3:00 pm
Underground River Tour Inclusions:
 Air-conditioned van; Services of a licensed tour guideBuffet lunch at a restaurant located in Sabang beachEntrance fee, boat fees, entrance fees.

Puerto Princesa Underground River terkenal setelah terpilih menjadi salah satu dari new7wonders of nature. Terletak di Sabang, 75 km ke utara dari pusat kota. Seharusnya bisa ditempuh kurang dari 2 jam, tapi karena van kami menjemput penumpang ke satu persatu ke hotel masing-masing, dan lokasinya berjauhan, maka kami baru tiba setelah 3 jam perjalanan. Dalam tour ini ada 12 orang peserta ditambah seorang driver dan tour guide. Sepanjang perjalanan tour guide-nya cukup atraktif bercerita pariwisata Palawan. Karena kesamaan fisik, lagi-lagi kami dikira Pinoy oleh tour guide-nya :-). Sepanjang perjalanan pemandangannya cukup mengasikkan, terutama saat singgah di rest area Buena Vista Viewdeck. Birunya langit dan Ulogan Bay berpadu dengan hijaunya pepohonan dan bukit-bukit. Bagus banget…

Disini dijual bermacam souvenir seperti kaos, ukiran-ukiran, gantungan kunci, dll. Selain itu ada juga cemilan dan kelapa muda, kita dapat duduk-duduk dan bersantai disini.

Kami tiba di Sabang Wharf dalam cuaca yang cerah. Pemandu kemudian menginfokan kalau kami harus menunggu sekitar 2 jam karena antrian cukup panjang. Sembari menunggu, pemandu mengajak ke Ugong Rock, tapi karena tak ada yang mau maka kami diarahkan untuk langsung makan siang. Van menuju ke salah satu restoran di tepi dermaga. Saat kami tiba restoran belum buka dan masakan belum matang semuanya. Tapi pemilik restoran mempersilahkan masuk dan segera menyajikan menu. Kami makan secara prasmanan dan boleh nambah sampai kenyang. Menunya beragam dan komplit, tapi agar “aman” saya memilih menu ikan ditambah sayuran dan buah khas daerah tropis, pisang.

Setelah makan, kami bersantai di restoran sampai giliran tiba. Untungnya tak sampai 2 kami menunggu. Kemudian kami berjalan ke tepi dermaga. Disini bersih banget, tidak ada genangan sampah ditepi laut.

Kami menyeberang menggunakan perahu berkapasitas 6 penumpang. Bersama kami ada turis lokal dan turis dari Korea.Perahu membawa kami mengarungi lautan menuju bibir pantai underground river. Perjalanan 30 menit ini menyajikan pemandangan yang cantik, pemandangan laut lepas berwarna biru di sebelah kiri. Kemudian perahu memasuki pantai yang diapit tebing kapur yang menjulang tinggi. Tebing kapurnya ibarat “pintu gerbang”, cukup mempesona. Pantainya juga bersih dengan pasirnya yang halus.

Kami berjalan menyusuri jalanan setapak dari kayu diantara rimbunnya pepohonan. Di dalamnya terdapat registration area. Pengunjung wajib membawa identitas (paspor) untuk registrasi. Tapi karena ikut paket tour, maka pemandu kami sudah mengatur semuanya. Saat di dalam van pemandu mengumpulkan paspor kami. Kami berjalan mengikuti jalan setapak yang berujung di tepi Sungai Cabayugan, disinilah penelusuran underground river dimulai.

Kami mengantri sebentar untuk menaiki perahu. Perahunya berkapasitas 6 orang juga sehingga kami satu team lagi dengan warga Filipina dan Korea tadi. Ditambah seorang pemandu khusus yang sekaligus pendayung perahu. Sebelum masuk ke perahu kami dipinjamkan helm dan sebuah alat pemutar audio lengkap dengan earphone-nya. Sedangkan life jacket disuruh bawa dari perahu sebelumnya.

Suasananya disini sejuk dan tenang. Sungai berwarna hijau, Burung berkicau sahut menyahut di atas pohon. Earphone dipasang, audio dinyalakan, dan perahu mulai didayung…

Perahu masuk ke dalam goa melalui celah-celah stalaktit. Dari terang-benderang berangsur menjadi gelap menandakan perahu semakin jauh masuk ke dalam, sumber cahaya tinggal dari senter dan headlamp pendayung. Audio yang ON dari tadi memberikan informasi tentang underground river secara runut, bersamaan dengan itu pendayung mengarahkan headlamp-nya ke arah stalaktit-stalagmit yang dijelaskan oleh audio. Monolog dari audio dan “permainan” sinar dari pendayung sangat padu yang membuai saya menikmati tour ini. Ditambah backsound monolognya yang menghanyutkan.

Apa yang spesial dari Puerto Princesa Underground River ini? Yang pertama dan yang paling penting menurut saya adalah pengemasannya. Mereka menggarap tempat ini dengan serius! Karyawannya profesional dan berdedikasi, pengunjung tidak perlu memberi tips. Lingkungannya dijaga kelestarian dan kebersihan, merokok di area ini akan di denda. Dan safety pengunjung adalah prioritas, life vest wajib dipakai selama di atas air.

Yang kedua tentu alamnya, kalau tidak cantik tidak akan begitu berkesan. Dari dermaga sampai ke dalam goa tersaji berbagai pemandangan yang indah. Tapi keindahan alam adalah itu anugerah. Dan Indonesia juga tak kalah kaya dengan anugerah, segudang tempat mempesona ada di nusantara. Tapi masih harus belajar banyak untuk pengemasannya. PR banget nih…

Bagi saya, ini bukan pengalaman pertama menelusuri goa underground river, jauh sebelum ini saya pernah main ke Goa Cerme di Yogyakarta. Interiornya lebih kurang sama, pemandangan stalaktit dan stalakmit yang mempesona, ada suara kelelawar, dan kadang tercium bau menyengat kotoran kelelawar. Best moment juga sama yaitu ketika lampu senter dipadamkan, kita diminta berdiam diri sejenak selama 1-2 menit, suasananya menjadi hening & khusyuk dikegelapan. Setelahnya terasa refresh dan relax

Perjalanan menyusuri goa selama 45 menit berakhir, kami kembali ke tepi pantai dan kemudian menyeberang ke dermaga Sabang. Perjalanan pulangnya cukup menantang karena ombak cukup gede dan langit tampak mendung.

Setelah semua peserta berkumpul, kami kembali ke penginapan. Kami diantar paling akhir dan tiba di hotel sekitar jam 4. Ini adalah hari terakhir di Puerto Princesa, besok kami akan terbang ke Manila. Sisa waktu ini kami akan mengunjungi baywalk, Badjao Seafront Restaurant, dan Souvenir Shop di MCA Market Mall Pasalubong Center.

Puerto Princesa Baywalk Park

Setelah beristirahat sebentar, kami berjalan menuju baywalk, jaraknya hanya 500 meter. Baywalk ini semacam alun-alun kota, tempat nongkrong dan berolahraga. Pada malam hari banyak pedagang makanan, baik makanan ringan maupun makanan berat. Teluknya bersih banget, tidak ada genangan sampah.

Dari baywalk, kami menuju Badjao Seafront Restaurant dengan menggunakan tricycle. Tarifnya 60 PHP, harga itu kami dapatkan setelah sedikit menawar. Tarif naik tricycle ditentukan dari tawar menawar, tapi secara keseluruhan tarifnya cukup murah. Dari Baywalk ke Badjao Restaurant ini jaraknya sekitar 3,5 km.

 

Badjao Seafront Restaurant

Sesuai namanya, restoran ini berada ditepi laut. Uniknya, untuk menuju restoran dari parking area kita akan melewati jembatan kayu yang cukup panjang diantara pohon bakau. Restorannya terbuka tanpa dinding, tapi ada tirai bambu yang bisa dibuka/ tutup. Untuk menikmati suasana senja tentu lebih asik membuka tirainya sehingga sinar matahari sore dapat terlihat. Interior restorannya cukup mewah dengan dominasi bangunan kayu berpelitur. Toiletnya juga bersih banget.

Kami memesan seafood platter, cemilan seperti lumpia dengan isian seafood, dan 2 gelas minuman. Total harga 1004 PHP, cukup reasonable dengan pemandangan yang cantik dan rasa yang lumayan.

 

MCA Market Mall Pasalubong Center

Sekitar jam 6.45 malam kami meninggalkan Badjao Restaurant. Karena tidak ada tricycle di depan restoran maka kami harus berjalan keluar gang sejauh 200 meter. Lokasi restoran cukup terpencil sehingga tak banyak tricycle yang melintas, kalaupun ada biasanya tricycle itu sudah terisi penumpangnya. Cukup lama kami menunggu, akhirnya ada sebuah tricycle yang menurunkan penumpang tak jauh dari tempat kami berdiri. Pak sopir kemudian mendekati kami, lalu setuju mengantarkan kami ke MCA Market Mall Pasalubong Center, tempat untuk membeli oleh-oleh. Ongkosnya 50 PHP.

Pasalubong itu bahasa tagalog yang artinya tempat untuk membeli oleh-oleh. Berbicara soal bahasa, ada beberapa kosakata tagalog mirip dengan kosakata Indonesia (homonim). Pak sopir yang memberitahu kami dengan menyebutkannya, tapi saya lupa kosakata-kosakatanya. Selain kosakata yang mirip ada juga lafal yang mirip tapi beda makna (homofon), kalau yang ini saya ingat karena saya sering mengucapkannya, yaitu kata “SALAMAT” yang dalam bahasa tagalog artinya terima kasih.

Pak sopirnya cukup interaktif dan ramah. Beliau bercerita pernah punya teman dari Indonesia saat merantau ke Jepang, karena itu dia menguasai beberapa kalimat bahasa Indonesia. Kami cukup terkesan, karena itu sesampainya di toko kami meminta pak sopir menjemput kami jam 8 malam untuk mengantarkan pulang ke hotel. Pak sopir setuju, kemudian kami masuk ke toko souvenir.

Kami masuk ke salah satu toko yang besar. Tokonya sangat lengkap, mulai dari kaos, gantungan kunci, magnet, sampai ukiran-ukiran. Masing-masing item punya banyak jenis. Jadi berbelanja cukup di toko ini saja. Harganya tidak bisa ditawar (sesuai label), meskipun begitu harnanya relatif murah. Saya membeli beberapa magnet, gantungan kunci, dan kartu pos.

Di samping toko ini berjejer kios-kios ukuran 3×4 yang juga menjual souvenir. Karena belum jam 8 maka kami berkeliling sekedar melihat-lihat. Ternyata ada pedagang muslim, ibu-ibu berjilbab, warga lokal. Bukan hanya satu, kami bertemu dua pedagang muslim lokal. Melihat pemandangan ini seperti menemukan oase di padang pasir, senang bertemu sesama muslim di tempat minoritas, terlebih mereka adalah penduduk lokal. Saya sempat bertanya tentang makanan halal tapi mereka juga bingung karena memang tak ada retoran yang spesifik berlabel halal.

Jam 8 malam, kami kembali ke depan toko souvenir untuk menunggu pak sopir. Tapi pak sopir tak kunjung datang. Security toko mengatakan sebelum jam 8 pak sopir sempat terlihat tapi kemudian pergi lagi. Karena sudah berjani maka kami tetap menunggu, mungkin pak sopir lagi mengantar penumpang lain yang jaraknya jauh. Tetapi sampai jam 8.30 pak sopir tak juga datang, akhirnya kami memutuskan naik tricycle lain, ongkosnya 40 PHP.

DAY #4

Hari ini kami akan kembali ke Manila dengan pesawat Air Asia yang berangkat jam 8 pagi. Jam 6 kami sudah siap. Kami sarapan di rooftop hotel. Pemandangannya cukup oke, ada bangunan gereja di samping hotel, Cathedral di jalan Rizal, dan hamparan laut.

Kami beruntung selama 2 hari disini cuaca cukup cerah, meskipun sempat hujan tetapi hujannya terjadi saat tour sudah selesai atau dalam perjalanan pulang. Tempat yang dikunjungi sesuai itinerary. Puerto Princesa Underground River sebagai tujuan utama cukup oke dan layak dikunjungi.

Setelah srapan kami menuju bandara diantar free shuttle dari hotel. Karena Puerto Princesa ini kota kecil maka disini bebas macet. Hanya dalam waktu 15 menit kami sudah tiba di bandara 🙂

SALAMAT, PALAWAN

One thought on “Jalan-Jalan ke Filipina #2: Palawan (Puerto Princesa Underground River)

Leave a comment