Foreign · Malaysia · Philippines

Jalan-Jalan ke Filipina #1: Palawan (Puerto Princesa)

Berbekal tiket promo free seat dari Air Asia, kali ini tujuan saya adalah Filipina. Sayangnya Air Asia tidak memiliki penerbangan langsung dari Jakarta ke Manila sehingga harus transit di Kuala Lumpur. Seperti biasanya tiket promo tersebut saya beli setahun sebelumnya, namun kali ini belum komplit karena ada sektor yang tidak promo. Saya mendapatkan tiket Kuala Lumpur-Manila pulang pergi, dan tiket Manila – Puerto Princesa juga pulang pergi. Tinggal rute Jakarta-Kuala lumpur-Jakarta yang harus dicari! Kemudian pada promo free seat 6 bulan sebelum keberangkatan saya mendapatkan tiket Kuala Lumpur-Jakarta. Jadi tinggal 1 sektor lagi yang belum dapat yaitu Jakarta-Kuala Lumpur.

Harapan selanjutnya ada pada promo final call, yaitu tukar point, yang biasanya harganya akan semurah free seat. Tapi sayangnya sampai tanggal keberangkatan sudah dekat promo final call tidak tersedia pada tanggal yang saya pilih. Sebagai pemburu tiket promo saya pantang menyerah :-). Jauh sebelumnya saya sudah memasang alarm di skyscanner untuk memantau harga tiket pada tanggal yang saya pilih, dengan begitu saya selalu mendapatkan update perubahan harga tiap 24 jam melalui email. Kebiasaan ini sudah sejak lama saya lakukan, dan it’s work! Saya berhasil menggabungkan beberapa penerbangan/ maskapai dalam satu rencana perjalanan. Singkat cerita, dari alarm tersebut saya mendapatkan tiket Jakarta-Kuala Lumpur dengan menggunakan Lion Air, harganya tidak terlalu murah tapi tak ada pilihan lain. Untungnya ada potongan Rp.150.000 untuk pembayaran dengan kartu kredit melalui salah satu situs tiket online.

Jadi, total harga tiket sekitar Rp 1.250.000 untuk 6 kali penerbangan. 50% dari total harga tiket pesawat itu porsinya Lion Air. Ada rasa gak iklas sih, masa’ harga 5 kali terbang dengan Air Asia setara dengan 1 kali terbang dengan Lion:-( . Kalau dirata-ratakan, sekali terbang harganya 210 ribu rupiah. Masih cukup murah, tapi kalau dapat promo semua tentu akan lebih happy 🙂

No Rute Pesawat Harga
1 KL – Manila – KL (2 penerbangan) Air Asia 307,000.00
2 Man – PP – Man (2 penerbangan) Air Asia 121,375.00
3 KL – Jak (1 penerbangan) Air Asia 144,000.00
4 Jak – KL (1 penerbangan) Lion Air 670,000.00
1,242,375.00

Di Filipina saya akan mengunjungi 2 tempat. Tujuan utamanya ke Puerto Princesa dan sampingannya ke Manila. Dari Jakarta ke Puerto Princesa dulu, pulangnya baru mampir di Manila.

Saya berangkat dengan Handy, teman dari kantor yang lama. Itinerary sudah disusun, waktu perjalanan selama 5 hari, dari Sabtu sampai Rabu. Hotel di Puerto Princesa dan Manila juga sudah dipesan. Saatnya berangkat, here we go….

https://www.rome2rio.com/

Day #1: Kuala Lumpur

Penerbangan dari Kuala Lumpur ke Manila berangkat jam 21.15. Saat membeli tiket Jakarta – Kuala Lumpur sengaja saya pilih penerbangan pagi agar bisa city tour di Kuala Lumpur.

Dari Cilegon, kami tiba di bandara Soekarno Hatta jam 7 pagi. Langsung proses imigrasi dan masuk ruang tunggu keberangkatan. Tapi ada satu barang bawaan yang tertahan di petugas aviation security. Barang tersebut adalah SAMBAL LADO. Sambal tersebut untuk lauk makan dengan ikan teri. Ikan terinya lolos tapi sambalnya tidak. Mungkin lain kali sambal dan terinya langsung dicampur saja 😦

Sebagai pemegang e-passport, saya memilih masuk imigrasi melalui autogate. Prosesnya cukup mudah: Pindai paspor halaman data diri lalu ikuti petunjuk selanjutnya, scan sidik jari dan kemudian menghadap kamera untuk difoto. Jika proses selesai gate akan terbuka. Jangan lupa mengambil paspor kembali.

Pesawat berangkat jam 9 pagi dan mendarat di Terminal 1 KLIA jam 12 siang. Untungnya Lion Air tidak delay sehingga kami bisa city tour sesuai itinerary. Tujuan kami adalah Batu Caves. Dari KLIA kami menuju KL Sentral menggunakan airport coach (bus), harganya RM 10.00. Waktu tempuh sekitar 1.5 jam.

Kami tiba di Drop off area di lantai dasar, kemudian menaiki tangga menuju lantai atas. Kami membeli tiket KTM Komuter tujuan Batu Caves, tarifnya RM 2.00. Di dalam perjalanan cuaca sempat terlihat mendung, tetapi sesampainya di Batu Caves cuacanya cerah dan terik. Perjalanan ditempuh dalam waktu 30 menit, stasiun Batu Caves terletak di posisi ujung dari jalur KTM Komuter Train. Batu Caves ini posisinya persis di depan stasiun.

Sebelum keluar stasiun, kami menjamak shalat zuhur dan ashar disini. Kemudian kami mengikuti petunjuk jalan keluar stasiun. Keluar dari stasiun langsung mengarah pada pintu masuk Batu Caves, ditandai dengan banyak pedagang souvenir. Patung Hanoman raksasa berwarna hijau menyambut kami.

Kami berjalan menuju pelataran di siang yang terik, di sebelah kiri tebing batu kapur menjulang tinggi. Beberapa bagian tebing itu tampak hijau karena ditumbuhi dedaunan.

Di Pelataran utama berdiri tegak patung iconic yang menjadi landmark-nya Batu Caves yaitu patung Murugan. Sementara itu di halamannya terdapat puluhan merpati yang tampak jinak. Setelah foto-foto, kami menaiki anak tangga yang berjumlah 272 menuju mulut gua.  Cukup ngos-ngosan dan berhenti beberapa kali mungkin karena umur sudah tak muda lagi danjarang olahraga 🙂. Kami tiba di mulut goa dengan baju penuh keringat.

Di depan goa udaranya sejuk, tapi aromanya kurang sedap. Bau kotoran kelelawar cukup menyengat. Kami istirahat sejenak untuk mengeringkan keringat, lalu menuruni anak tangga lagi untuk kembali ke stasiun. Turun tentu lebih mudah, tapi saya kadang keseleo dilutut kalau salah melangkah.

Kami kembali ke KL Sentral dan kemudian naik Skybus menuju KLIA 2, harga tiketnya RM 10.00 juga. Di KLIA 2 kami makan di Restoran Marrybrown. Restoran ini andalan saya jika transit di KLIA 2. Menu favorit adalah nasi lemak dengan fried chicken-nya. Kami memesan 2 box nasi karena khawatir sulit mendapatkan makanan halal dalam perjalanan di Filipina nanti. And, we are ready to fly….

Pesawat berangkat sesuai jadwal jam 21.15. Setelah 4 jam perjalanan, kami mendarat di Manila. Sebelum berangkat saya beberapa kali mengecek accuweather untuk memantau cuaca. Agak khawatir karena Filipina sering dilanda badai, apalagi kami berangkat saat memasuki musim hujan. Alhamdulillah sejauh ini perjalanan lancar. Tapi masih belum selesai karena penerbangan dilanjutkan ke Puerto Princesa dipagi harinya.

Day #2: 

Ninoy Aquino International Airport (NAIA)

Jam 01.30 pagi. Kami menuju imigrasi. Kali ini prosesnya cukup lama. Kami berkunjung saat isu terorisme sedang hangat, sehari sebelum kedatangan ada ledakan bom di Davao yang mengakibatkan 14 orang tewas dan puluhan luka-luka. Mungkin imigrasi sedang diperketat atau mungkin kami kena random check. Meskipun cukup lama tapi prosesnya berjalan lancar karena kami membawa dokumen lengkap dan bisa menjawab pertanyaan dengan lancar. Mereka mengecek beberapa kelengkapan seperti tiket pulang, voucher hotel, dan itinerary. Petugasnya ramah, diakhir sesi karena dia tau saya akan ke Palawan, dia merekomendasikan El Nido dan Coron. Saya tau kedua tempat itu bagus, sayangnya waktu kami terbatas. Lain kali mungkin akan kembali lagi, tapi proses imigrasinya dipercepat yaa 🙂

Dari Terminal 3 NAIA kami berpindah ke Terminal 4 untuk penerbangan domestik. NAIA ini memiliki 4 terminal tapi letaknya saling terpisah lumayan jauh, untuk detail pesawat dan terminalnya klik disini. Kemudian kami menuju shelter shuttle bus, menurut info yang saya baca bus beroperasi mulai jam 3.30 pagi. Tapi pas tiba disana, katanya start jam 5.30 pagi,. Tentunya tidak keburu naik shuttle karena pesawat ke Puerto Princesa 05.55.

Saya mencari opini lain dengan bertanya ke petugas berseragam resmi di area taksi. Oleh petugas ini, kami malah diantar ke sopir taksi. Sopir taksi itu meminta tarif PHP 500. Saya cerita ke Handy, “kalau harus naik taksi, kita tidak harus bertanya ke petugas itu karena saya sudah punya referensi”. Referensinya saya peroleh disini . Kami mundur dan akan mencari taksi sendiri.

Disini ada UBER, tapi sayangnya tidak ada wifi. Maka pilihan kami jatuh pada metered taxi (yellow cabs) atau taksi berwarna kuning dengan tarif berdasarkan argometer. Ditemani siaran radio lagu-lagu Filipina yang diputar pak driver, kami menuju Terminal 4. Dari Terminal 3 ke Terminal 4 rasanya seperti melintasi jalan raya umum. Kalau di jam-jam sibuk sepertinya akan macet.

Kami tiba di Terminal 4 sekitar jam 4 pagi, tarif taksi PHP 150. Bandaranya kecil dengan fasilitas seadanya. Tapi sepagi ini pengunjungnya sudah cukup ramai. Juga ada banyak polisi dengan anjing pelacaknya, mungkin sedang siaga terkait isu terorisme kemarin.

Sesampainya di Terminal 4, kami baru tau kalau ada perubahan jadwal. Seharusnya pesawat berangkat jam 05.55 tapi berubah menjadi jam 06.45, mundur 1 jam. Tak biasanya Air Asia mengubah jadwal tanpa pemberitahuan. Sementara itu, kami sudah ada janji dijemput jam 7 pagi di bandara Puerto Princesa oleh paket tour island hopping. Karena pesawat rescheduled, saya hubungi pihak hotel tempat memesan paket tour. Untungnya mereka mau mengerti dan bersedia menunggu.

Proses check in sudah dibuka, kami masuk ke ruang tunggu keberangkatan dan mencari spot untuk beristirahat. Tapi kursinya bersekat satu-satu sehingga tidak bisa digunakan untuk berbaring. Handy yang sudah tak kuat menahan kantuk tertidur sambil duduk sampai waktu boarding tiba. Oya, di dalam ruang tunggu keberangkatan ini ada ruang shalat. Walaupun kecil tapi lumayan bermanfaat.

It’s boarding time… Akhirnya saya pun tak kuat menahan kantuk. Sesaat setelah masuk pesawat saya terlelap pulas. Baru sadar ketika akan mendarat, saat Pulau Palawan sudah terlihat dari jendela pesawat, sekitar 1 jam perjalanan…

PUERTO PRINCESA

Pesawat mendarat di Puerto Princesa Airport. Tidur yang pulas (walau cuma sebentar) cukup menyegarkan. Kami berjalan keluar bandara menuju area penjemputan. Bandaranya kecil, mirip bandara Jambi sebelum direnovasi. Di depan bandara, di bawah tenda biru, banyak penjemput memegang kertas bertuliskan nama hotel ataupun nama penumpang. Saya melihat seorang wanita memegang kertas bertuliskan “Marianne Home Inn”, lalu menghampirinya. Itu adalah nama hotel tempat kami menginap. Dan benar saja, wanita itu menunggu kami. Kemudian kami diantar menaiki sebuah van.

Saya kira kami akan langsung dibawa ke Honda Bay, tapi ternyata kami di drop dulu ke hotel baru kemudian dijemput van lainnya. Oya, fasilitas antar/jemput bandara ini gratis dari Marianne Home Inn. Yang dijemput pun hanya kami, berasa ekslusif gitu, hehehe…. Saya melakukan reservasi secara langsung dan pembayaran dengan kartu kredit. Pemesanan lewat agoda dan situs booking online lainnya juga tersedia.

Puerto Princesa terletak di Pulau Palawan. Puerto Princesa sendiri adalah ibukota provinsi Palawan. Kotanya kecil, namun terkenal bersih dan hijau sehingga sering memenangkan penghargaan “adipura”-nya Filipina. Kalau soal bersih, memang terlihat bersih. Tapi untuk urusan hijau, beberapa kota di Indonesia menurut saya masih lebih hijau, contohnya Probolinggo. Saat trip ke Bromo lewat jalur Probolinggo, saya kagum dengan suasana kotanya yang hijau, bersih, dan asri. Transportasi umum yang utama disini adalah tricycle, trus kalau mau muter-muter sendiri bisa juga rental motor.

Apa saja objek wisata disekitar Puerto Princesa? List wajib saya adalah Puerto Princesa Underground River (PPUR). Namun masih banyak objek lainnya, diantaranya: Irawan Eco Park, Mitra Ranch, Baker’s Hill, Palawan Wildlife Rescue, Iwahig Prison, dan island hopping di Honda Bay. Karena hanya punya waktu dua hari,  kami memilih underground river sebagai objek utama dan island hopping sebagai tambahan. Island hopping dilakukan lebih dulu, kemudian keesokan harinya ke underground river.

 

Island Hopping di Honda Bay

Sebenarnya jalan-jalan dengan ikut paket tur bukan style saya, tapi untuk island hopping saya kadang terpaksa ikut paket tur agar lebih ekonomis, apalagi kalau pergi sendiri atau berdua. Setelah membandingkan beberapa paket, paket dari hotel kami cukup ekonomis yaitu PHP 1300 dengan itinerary mengunjungi 3 pulau, termasuk antar jemput dengan van, dan juga makan siang.

Di Honda Bay, sangat memungkinkan untuk mengatur perjalanan keliling pulau sendiri (tanpa ikut paket tur). Ada ticketing office resmi yang menyewakan kapal dengan harga standar, sehingga kita tidak perlu takut dengan scam atau tipu-tipu harga. Salut dengan pengelolaan pariwisatanya.

Kami naik van dengan total penumpang 10 orang ditambah seorang tour guide. Terdiri dari 3 rombongan: Saya dan Handy, 2 orang ibu dengan seorang anak, dan satu rombongan keluarga (ayah-ibu-3 anak). Selain saya dan Handy, mereka semua adalah warga lokal. Tapi secara fisik kami semua terlihat sama, tak ada bedanya antara Indonesian dan Pinoy. Kami sempat dikira warga lokal 🙂

Sebelum tiba di dermaga, mobil berhenti di toko penyewaan alat-alat renang seperti gogglefin atau pakaian renang. Biaya sewanya PHP 150 untuk goggle dan PHP 200 untuk sepasang fin. Saya menyewa google saja.

Selang beberapa menit kemudian kami tiba di dermaga. Jarak dari pusat kota ke dermaga hanya 16 km saja, cukup dekat apalagi jalanannya sepi. Kemudian pihak  tour guide melakukan registrasi di loket. Setelah selesai, kami menaiki kapal dengan penumpang yang sama.

Tujuan pertama adalah Luli Island. Luli Island adalah pulau kecil yang berupa gundukan pasir, seperti pulau gosong di Karimun Jawa. Bedanya disini tidak terlalu alami karena dibangun pondok-pondok untuk makan siang. Aktivitas yang bisa dilakukan disini adalah snorkeling dan fish feeding. Tapi sayangnya tak terlihat terumbu karang apalagi ikan hias yang warna-warni. Selepas berenang kami makan siang dengan menu yang sudah disiapkan tour guide.

Setelah kenyang, kami melanjutkan ke pulau kedua yaitu Starfish Island. Kami meninggalkan Luli Island ketika air mulai pasang. Sebagian pasir sudah tenggelam oleh air laut. Kalau sekedar bersantai dan berenang pulau ini lumayan oke.

Sesuai namanya, di pulau kedua ini banyak terdapat bintang laut. Bintang-bintang laut tersebut terdampar di tepi pantai. Selain itu, pulau ini instagramable banget, ada istana pasir yang cantik, ada frame foto dari bambu, ada saung-saung, dan ada pengarah gaya yang bisa mempercantik foto dengan properti yang sudah disiapkan, seperti batok kelapa ataupun bintang laut.

Selanjutnya kami menuju ke pulau ketiga, Cowrie Island. Dalam perjalanan menuju kesana hujan turun. Ketika sampai di pulau pun masih hujan, malah semakin deras. Karena malas hujan-hujanan, kami berteduh di bawah saung. Pulau ini lebih besar daripada 2 pulau sebelumnya, juga lebih padat. Banyak bule, ada cafe, cocok untuk nongkrong-nongkrong. Gambaran suasana nyiur melambai ditepi pantai bisa dirasakan disini, dibibir pantai banyak pohon-pohon kelapa. Tapi saya malas mengeluarkan kamera karena hujan tak kunjung reda.

Saatnya kembali ke dermaga, kemudian kami bersih-bersih di toilet di samping ticketing office. Sambil menunggu yang lain selesai, ibu-ibu rekan tur merekomendasikan jajajan filipina yang dijual pedagang keliling, banana que namanya. Enak, mirip pisang goreng. Tapi ini tanpa tepung, bagian luarnya dibalur gula merah.

Kami tiba di hotel jam 5 sore, pulang-pulang langsung tepar….

 

5 thoughts on “Jalan-Jalan ke Filipina #1: Palawan (Puerto Princesa)

Leave a comment