Foreign · Japan

Japan Series #6: Hiroshima dan Kyoto

Kami berangkat dari Toyama ke Shin-Osaka pukul 17.11, transit di stasiun Kanazawa. Dari Toyama ke Kanazawa menggunakan Shinkansen Tsurugi 723, lalu dari Kanazawa ke Shin-Osaka menggunakan kereta LTD. EXP Thunderbird 42. Seharusnya kami tiba di Shin-Osaka pukul 20.34, tetapi kereta mengalami sedikit gangguan. Ternyata kereta di Jepang bisa mengalami kendala teknis juga ya… Tak jelas apa penyebabnya karena pengumumannya dalam bahasa Jepang. Saat itu kami terhenti di sebuah stasiun. Beberapa penumpang memilih turun dan berganti kereta, karena malas repot kami memilih stay di dalam kereta. Di dalam gerbong hanya tersisa beberapa penumpang saja. Setelah menunggu sekitar 30 menit, kereta pun jalan kembali. Kami tiba di stasiun Shin-Osaka sekitar pukul 21.00.

Stasiun Shin-Osaka ini sangat besar, stasiun ini menjadi penghubung ke berbagai daerah di berbagai penjuru mata angin seperti: Tokyo, Kanazawa, Osaka, Hiroshima, dll. Karena alasan yang mudah menuju berbagai tujuan tersebut, saya memilih apartemen di daerah ini. Ini merupakan penginapan keempat atau terakhir dalam perjalanan ini. Dari sini kami akan ke Kyoto, lalu Hiroshima, dan kemudian pulang melalui Tokyo.

Karena sudah malam, saya menyuruh Valzon, Dinar, dan Mbak Eni menunggu di stasiun sementara saya mencari lokasinya. Kalau mereka ikut bisa lebih lama dan kadang kalau nyasar mereka malah mengomel yang membuat tambah pusing. Jadi akan lebih mudah mencari sendiri baru kemudian menjemput mereka kembali.

Pencarian tidak berjalan lancar. Dalam hati saya berkata, untung saja mereka tidak ikut karena sempat nyasar beberapa kali. Saya sudah bertanya ke seorang pemuda, juga bertanya ke pegawai laundry, namun hasilnya nihil. Dalam keadaan frustasi saya kembali ke stasiun. Saya hampir menyerah dan ingin menghampiri mereka dengan meminta Dinar memesan taksi. Dinar yang kaya raya tentu tak masalah mengeluarkan duit untuk taksi, tapi jiwa petualang saya tetap ingin mencoba lagi. Sekali lagi saya bertanya ke petugas di stasiun lalu mencoba jalan lain. Di setiap persimpangan saya selalu bertanya dan alhamdulillah kali ini ini saya melewati jalan yang benar.

Ketika sudah mendekati lokasi, ada dua orang gadis yang sedang mengobrol. Saya bertanya pada mereka sambil menunjukkan sebuah alamat. Kemudian mereka mencari alamat tersebut di google maps. Alhamdulillah ketemu!!! Kedua gadis tersebut malah mengantarkan saya langsung ke depan apartemen. Saya kembali bersemangat walau badan sudah capek dan keringatan. Kebaikan gadis itu membuat pencarian ini happy ending

DAY #7: Hiroshima

Hari ini kami akan keliling Kyoto University kemudian lanjut ke Hiroshima, di masing-masing tempat sudah menunggu adik kelas SMAN Plus Propinsi Riau yang sedang melanjutkan study disana. Dari Shin-Osaka ke Kyoto hanya 15 menit saja naik shinkansen, kami akan puas naik shinkansen 😉

Kami bertemu Arbi Haza Nasution di Kyoto University. Kami janjian di clock tower yang menjadi icon kampus ini. Suasana kampusnya adem, banyak pepohonan rindang, dan masih banyak mahasiswa yang memakai sepeda (seperti Jogja Tempo Doeloe). Arbi mengajak berkeliling kampus sambil bercerita tentang kuliahnya. Tak lupa, Arbi mengajak ke Fakultas Kedokteran sesuai request Valzon karena dia tertarik ingin tau program doktoral disana.

Perjalanan diakhiri dengan shalat Jumat di mesjid yang lokasinya tak jauh dari kampus. Bangunannya sederhana dan agak sempit untuk menampung jamaah yang cukup banyak. Selesai shalat jum’at, ada jamuan makan siang nasi briyani. Sepertinya diberikan oleh salah seorang jamaah, tak tau sedang ada acara apa. Kami pun ikut makan bersama, tapi Valzon yang anti briyani sudah mual duluan :-). Rencana makan siang di Ayam Ya harus ditunda karena saya sudah kenyang.

Suasana di depan Masjid

Kami melanjutkan perjalanan ke Hiroshima dengan menggunakan Shinkansen, durasinya hanya 2 jam. Di stasiun Hiroshima kami bertemu Awaluddin Nurmiyanto. Awal sedang mengambil program doktoral di Hiroshima University.

Kemudian kami naik tram menuju “Peace Memorial Park” dalam waktu 15 menit. Seru juga rasanya naik tram. Yang penting diperhatikan ketika menggunakan transportasi umum di Jepang adalah untuk menjaga manner, untuk tidak berisik (mengobrol keras-keras apalagi tertawa) yang dapat mengganggu kenyamanan penumpang lain.

Kota Hiroshima terkenal setelah tragedi pengeboman oleh tentara sekutu pada perang dunia kedua. Peace Memorial Park ini merupakan lokasi pengeboman tersebut, saat ini dijadikan museum. Ada juga bangunan sisa perang yang masih berdiri tegak, yaitu The A-Bomb Dome. Meskipun suasananya nyaman, udaranya sejuk, banyak pepohonan, dan sungainya bersih, tetapi atmosfir bekas perang dan nama-nama korban membuat kita dapat merasakan kepedihan perang.

Dari Memorial Park kami kembali ke stasiun. Stasiun-stasiun di Jepang ini layaknya mall, banyak toko-toko makanan yang menggugah selera. Kami membeli roti atas rekomendasi Awal. Rasanya enak 😉

Setelah magrib kami kembali ke Shin-Osaka, naik shinkansen lagi. Senang rasanya bolak-balik naik shinkansen sepuasnya. Keretanya cepat dan bersih. Gak rugi beli JR pass kalau niatnya keliling Jepang.

Sesampainya di stasiun, kami mampir di Mc D untuk bertemu dengan Ade Putra, kami janjian disana. Ade ini teman SMA juga, dia sedang ada kerjaan di Jepang. Kami ngobrol-ngobrol sebentar lalu pulang ke apartemen. Seharian ini temanya reuni alumni SMA Plus Propinsi Riau :-).

 

DAY #8: Keliling Kyoto

Hari ini kami akan keliling Kyoto, naik shinkansen lagi donk tentunya :-). D Kyoto banyak spot fotogenic, salah satunya adalah Arashiyama. Dari stasiun Kyoto kami naik JR Sagano Line menuju stasiun Saga Arashiyama. Penumpangnya cukup padat, mungkin karena masih pagi. Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit, kami tiba di stasiun Saga Arashiyama. Kami masih harus berjalan kaki sekitar 10 menit menuju tepi sungai. Cuaca yang sejuk, udara yang segar, dan banyak pepohonan rindang membuat pagi terasa menyenangkan. Salah satu pepohonan rindang tersebut memancarkan wangi semerbak. Kami pernah mencium aroma yang sama di Kenrokuen garden, Kanazawa. Tapi tak tau nama pohon yang menyebarkan aroma wangi tersebut. Setelah googling namanya adalah Kinmokusei. Pohon ini mekar di musim gugur. Bunganya mengeluarkan wangi yang sangat harum dan menyegarkan.

Jika berkunjung pada puncak musim gugur maka pepohonan disebelah kiri sungai akan berwarna merah-kuning keeemasan. Tentu akan sangat cantik. Tapi selain itu konon saat musim semi Arashiyama juga menjadi spot yang paling banyak diburu pengunjung. Pokoknya jika jalan-jalan ke Kyoto, musim apapun, wajib berkunjung ke Arashiyama.

Disini juga ada Jinrikisha, kereta yang ditarik oleh manusia, yang menambah kesan tradisional.

Area-nya sangat luas. Tidak semua tempat kami singgahi, tapi ada satu yang tak boleh dilewatkan yaitu bamboo grove. Kebun bambu ini terawat dengan baik, batang-batang bambu berjajar rapi sehingga sangat fotogenic. Tapi sayangnya pengunjungnya juga banyak, sehingga tak mudah untuk mendapatkan foto dengan kesan keheningan 😦

Selanjutnya kami menuju Kinkaku-ji (Golden Pavilion) atau Kuil Paviliun Emas. Selain Kinkaku-ji, ada satu kuil lagi yang juga terkenal yaitu Ginkaku-ji (Silver Pavilion) atau Kuil Perak. Saya memutuskan memilih salah satunya saja karena menurut saya kedua kuil tersebut sama saja. Sama-sama kuil di atas danau di dalam sebuah taman. Yang membedakannya (menurut saya) adalah warna catnya saja. Dan saya memilih kuil (bercat) emas karena biasanya emas untuk juara pertama sedangkan silver untuk juara kedua, hehehe 😉

Untuk menuju Kinkaku-ji kami menggunakan bus, kami membeli tiket bus one day pass. Kinkaku-ji ini juga dikelilingi pepohonan rindang. Dibagian depan, sebelum tiket masuk, terdapat bangunan-bangunan khas tradisional Jepang. Memasuki bagian dalam terdapat sebuah danau yang mengelilingi kuil. Saya membayangkan kuil tersebut mirip bentuk mushola :-). Tapi bayangan tersebut sirna karena tak kunjung mendengar panggilan adzan.

Kami meninggalkan Kinkaku-ji ketika siang menjelang sore. Awalnya kami ingin melihat geisha di daerah Gion, tapi karena mbak eni sudah terlihat lelah maka kami memutuskan untuk kembali ke apartemen. Sebelum pulang kami mampir ke restoran Ayam Ya, tapi sayangnya restorannya belum buka. Ya sudah akhirnya kami masak di apartemen dengan membeli sayuran di supermarket dekat apartemen.

 

DAY #9: Pulang

Pesawat kami berangkat dari Haneda Airport jam 23.45. Pagi harinya kami masih sempat explore Kyoto. Tapi Dinar dan Mbak Eny memilih langsung menuju Tokyo dan beristirahat disana. Hanya saya dan Valzon yang mampir di Kyoto. Tujuan kami adalah Fushimi Inari. Dari stasiun Kyoto naik JR Nara Line tujuan Stasiun Inari, jaraknya cukup dekat hanya 2 stasiun. Sebelum keluar dari stasiun, ada beberapa gadis yang memberikan  a cup of green tea secara gratis. Saya mencobanya, tapi rasanya tak cocok dilidah saya.

Fushimi Inari lokasinya persis di depan stasiun. Bangunannya yang didominasi warna orange tampak menyegarkan mata. Gerbang-gerbangnya yang tinggi  berdiri kokoh. Yang tak boleh dilewatkan tentunya berfoto dengan latar ribuan gerbang. Seperti halnya bamboo grove di Arashiyama, disini  pengunjungnya tak kalah ramai. Lagi-lagi, tak mudah mendapatkan foto terbaik. Sebelum pulang, saya membeli beberapa magnet di pertokoan disekitar kuil.

Kami kembali ke stasiun Kyoto. Karena masih ada waktu sebelum shinkansen tiba, saya menyempatkan keliling stasiun. Stasiun Kyoto ini besar dan bergaya futuristik. Banyak toko dan restoran. Saya menyusuri sisi sebelah kiri, naik ke lantai atas, disana ada pertunjukan musik. Bangku-bangku penonton bertingkat seperti di tribun stadion. Terus naik ke atas  ada observation deck.

Perjalanan dari Kyoto ke Tokyo ditempuh dalam waktu 160 menit. Kami bertemu Dinar dan Mbak Eny di stasiun Shinagawa, kemudian bersama-sama ke Haneda Airport naik Monorail. Kami tiba di Haneda sekitar jam 7 malam, check in counter belum dibuka. Kami menunggu sambil menghabiskan sisa yen dengan membeli oleh-oleh di toko halal. Kebetulan check in counter Air Asia dekat dengan mushola, maka kami pun menjamak shalat disana.

Kalau di review, perjalanan 9 hari keliling Jepang ini cukup melelahkan tapi sangat mengesankan. Jepang adalah negara yang penuh dengan teknologi tapi tetap berbudaya. Warga yang saya temui ramah-ramah dan mau menolong. Objek wisatanya digarap dengan serius.

Sayonara Jepang, senang rasanya berkunjung kesini. Pastinya jika ada kesempatan ingin kembali lagi…

2 thoughts on “Japan Series #6: Hiroshima dan Kyoto

Leave a comment