Foreign · Japan

Japan Series #5: Tateyama Kurobe Alpine Route

Day #6

Pagi-pagi saya sudah dibuat takjub oleh seorang ibu Jepang. Ceritanya saya lagi beres-beres apartemen, saya turun ke lantai dasar membawa dua kresek sampah.  Celinguk-celinguk mencari bak sampah tapi gak ketemu. Kemudian datang seorang ibu menghampiri, lalu ibu itu mengantarkan saya ke bak sampah yang berada di belakang apartemen. Mengharukan gak? Mungkin biasa aja, karena tolong menolong itu manusiawi. Tapi ditolong orang asing yang bahkan terkendala bahasa bagi saya sangat mengharukan dan menambah semangat pagi 🙂

Setelah packing dan sarapan, kami bersiap untuk check out. Kami akan menuju Tateyama Kurobe Alpine Route. Barang-barang dititipkan di stasiun Toyama. Tak lupa memesan tiket kereta dari Toyama ke Shin-Osaka untuk keberangkatan nanti sore.

Untuk menuju Tateyama, kita akan menaiki berbagai macam moda transportasi. Tapi semua transportasi tersebut terkoneksi sehingga kita bisa membelinya di satu ticketing office. Rute perjalanannya adalah sebagai berikut:

http://www.japan-guide.com

Dengan tarif sebagai berikut:

Rute Transportation Cost (JPY)
Toyama – Tateyama Station Train 1200
Tateyama Station – Bijodaira Cablecar 720
Bijodaira – Murodo Bus 1710
Murodo – Daikanbo Tunnel Trolley Bus 2160
Daikanbo – Kurobedaira Ropeway 1300
Kurobedaira – Kurobe Cablecar 860
Kurobe – Ogizawa Tunnel Trolley Bus 1540
Ogizawa – Shinano Omachi Bus 1360

Dengan pertimbangan waktu, rute yang kami tempuh hanya separuhnya (sampai Murodo) lalu kembali lagi ke Toyama dengan transport yang sama. Total biaya 7260 JPY. Jika ada cukup waktu sebaiknya sampai Shinano Omachi, total biaya 10.850 JPY. Selisih biayanya sekitar 3590 JPY atau 420ribu rupiah. Tentunya akan lebih puas. Dari Shinano Omachi bisa menggunakan Shinkansen ke berbagai tujuan.

Dentetsu Toyama

Stasiun Dentetsu Toyama terletak persis di sebelah kiri stasiun Toyama. Disini kami membeli tiket Toyama-Murodo-Toyama seharga 7260 JPY atau sekitar 870ribu rupiah per orang. Jam keberangkatan atau kepulangannya fleksible, yang penting kita mengecek jadwal terakhir masing-masing transportasi agar tidak ketinggalan. Ada cerita lucu saat akan membeli tiket. Seorang ibu menghampiri saya menawarkan bantuan dengan menanyakan tujuan. Yang terlintas dibenak saya saat itu adalah “ibu ini seorang calo”, seperti lumrahnya di terminal-terminal bus Indonesia. Maka saya tolak bantuan ibu tersebut dengan mengatakan akan ke ticketing office yang ada di depan. Lalu ibu itu berkata kalau dia bagian dari petugasnya. Owalah, ternyata resmi :-). Si ibu bertugas menyambut tamu dan menjelaskan beberapa detail atau pertanyaan pengunjung agar pada saat di depan counter hanya melakukan transaksi pembayaran, sehingga dapat mengurangi waktu antrian. Bahkan si ibu ikut membantu memilihkan jadwal pulang dan memberikan timetable dan maps ke saya 🙂

Dentetsu Toyama ini merupakan stasiun tua , keretanya pun kereta lama, tapi semuanya rapi, bersih, dan terawat. Perjalanan dari Toyama ke Tateyama Station menempuh waktu 60 menit, melewati pedesaan, persawahan, dan pemandangan hutan pohon pinus. Sebuah awal yang memanjakan mata.

Tateyama Station

Tiba di Tateyama Station pada ketinggian 475 m, kami melanjutkan perjalanan ke Bijodaira dengan menaiki cablecar. Waktu tempuhnya hanya 7 menit, agak mengerikan tetapi dinikmati aja :-). Cablecar ini membawa kami diketinggian 977 m.

Bijodaira

Dari Bijodaira ke Murodo menggunakan bus dengan waktu tempuh selama 1 jam. Perjalanan dengan bus ini pemandangannya cantik sekali. Banyak pepohonan berwarna kuning dan merah, pemandangan yang saya idam-idamkan. Sebenarnya jika ingin berlama-lama menikmati pemandangan pepohonan tersebut kita bisa turun di Midagahara, tapi karena keterbatasan waktu dan khawatir bus penuh maka kami tidak turun di Midagahara. Cukup memandanginya sepanjang perjalanan.

Murodo

Ini merupakan titik tertinggi yang dapat ditempuh dengan kendaraan, yaitu ketinggian 2450 m. Karena sudah semakin tinggi, udara pun semakin dingin. Suhunya nol derajat celcius. Setelah turun dari bus kami langsung masuk ke stasiun untuk menghangatkan tubuh. Saya memakai jaket double, sarung tangan, kaus kaki, dan nyemil coklat. Kemudian kami menyusuri Murodo melalui rooftop stasiun ini. Pemandangannya menakjubkan. Cuacanya dingin, langit biru dan kabut putih menyelimuti pegunungan Tateyama. Track yang dilalui cukup nyaman dan cocok untuk manula (banyak manula yang juga berwisata disini).

Ditengah-tengah area ini terdapat Danau Mikurigaike, danau ini terbentuk dari letusan gunung berapi Tateyama. Kami berjalan sampai ke onsen tertinggi di Jepang yaitu Onsen Mikurigaike. Disini kami beristirahat sejenak. Pengen sih nyoba onsen di Jepang, apalagi onsen tertinggi, tapi saya malu karena pengunjung wajib bugil di dalam onsen 🙂

Murodo baru setengah dari perjalanan menyusuri Tateyama Kurobe Alpine Route, paruh keduanya sampai Ogizawa. Tetapi kami memilih pulang karena akan meneruskan perjalanan ke Shin-Osaka. Jika ingin panduan detailnya bisa dicek di website ini.

KEHILANGAN HP

Kami menuju Stasiun Murodo. Saat mengemas barang, saya kehilangan hp. Saya bongkar kembali isi tas dan mengecek satu persatu, tetap tidak ada. Dimana hp saya?

Saya berusaha mengingat-ingat terakhir kali menggunakannya. Perjalanan dari Stasiun Toyama ke Murodo tiga kali berganti transportasi. Dari Toyama ke Stasiun Tateyama naik kereta, lalu lanjut naik cablecar ke Bijodaira, dan kemudian naik bus sampai ke Murodo. Seingat saya, di semua moda transportasi tersebut masih memakai hp untuk foto-foto, sedangkan di Murodo saya menggunakan kamera DSLR. Sehingga kemungkinan hp saya  tertinggal di dalam bus atau terjatuh di Murodo.

Untuk memastikan, saya menyusuri kembali jejak-jejak perjalanan di Murodo. Mulai dari toko di dalam stasiun sampai ke titik terujung. Saya bertanya ke petugas toko, bagian informasi, dan juga lost and found. Tetapi hasilnya nihil.

Waktu terus berjalan dan kami harus segera pulang agar tidak ketinggalan kereta yang dapat mengacaukan itinerary. Dengan perasaan sedih saya mengiklaskan hp tersebut. Harganya sih tidak seberapa, tapi data dan berbagai transaksi ada disana. Sebelum pulang, saya melapor ke petugas lost and found dan menuliskan nomer hp Adek (Novriana Dewi) sebagai contact person. 

Saat masih dalam antrian menunggu bus ke Bijodaira, pak security, yang telah mengenal saya, datang dengan berlari menghampiri. Saat berlari, beliau sempat terjatuh tapi bangkit lagi. Dia membawa sebuah hp dari bagian lost and found. Dengan riang beliau menunjukkan hp tersebut dan bertanya apakah itu milik saya? Sayangnya bukan. Kecerian dan semangat bapak security mengagumkan dan mampu mengobati kekecewaan siang itu. Hikmah dari kejadian ini adalah saya dipertemukan dengan orang Jepang yang memiliki jiwa penolong dengan hati yang ikhlas dan antusias. Saya sangat kagum dan respect!

Kami meneruskan perjalanan sampai ke Shin-Osaka….

****

Dua minggu berlalu, ketika saya sudah berada di Indonesia, Adek mengirimkan wa. Dia mengatakan kalau pihak Alpine Route Tourism telah menemukan hp saya:-). Tidak dijelaskan dimana ditemukannya, tapi hp itu berhasil dengan selamat kembali ke Indonesia. Sekali lagi saya kagum dengan kejujuran dan pertolongan warga Jepang. Benar-benar negara timur yang berbudaya!

One thought on “Japan Series #5: Tateyama Kurobe Alpine Route

Leave a comment