Foreign · Japan

Japan Series #3 : Keliling Tokyo

#Day 3:

Kereta Fujikyu meninggalkan Stasiun Kawaguchiko menuju Stasiun Otsuka, tiket perjalanan ini sudah termasuk tiket terusan Kachi-Kachi Ropeway kemarin. Di Stasiun Otsuka ini (hari ketiga) pertama kalinya kami menggunakan JR Pass yang akan berakhir pada 7 hari ke depan (sesuai batas masa kunjungan kami di Jepang). Untuk penggunaan pertama kali, kita wajib melapor ke petugas. Kemudian petugas akan memberikan stempel dan tanggal sebagai kontrol deadline-nya. Pintu masuk pengguna JR Pass berbeda dengan penumpang umumnya. Biasanya gate paling pojok sebelah kiri, disana ada petugas yang berjaga (tidak bisa tap in di gate otomatis). JR Pass juga berlaku untuk shinkansen, tapi sebaiknya pesan tiket terlebih dahulu di bagian ticketing yang tersebar di setiap stasiun.

2015-10-11-22-15-482015-10-09-15-24-09

Tujuan pertama kami adalah drop lugagge di apartemen. Saya memesannya melalui airbnb. Lokasinya di dekat stasiun Asakusabashi, satu stasiun dari Akihabara. Saya memilih apartemen ini karena dekat stasiun JR. Awalnya agak kesulitan menemukan lokasi apartemen, tapi setelah mengikuti petunjuk secara perlahan-lahan, kami pun menemukannya.  Lokasinya memang strategis, dekat sekali dengan stasiun Asakusabashi!

Menginap di aparteen sifatnya self service. Tidak ada resepsionis, kunci apartemen diambil sendiri (di dalam locker). Ruangannya tidak terlalu besar tetapi  masih cukup nyaman untuk kami berempat. Fasilitasnya oke: kamar mandi bersih dan modern, ada wi-fi pocket yang bisa dibawa keluar, dan yang terpenting tersedia alat memasak.

Setelah beres-beres dan makan, tujuan kami adalah Asakusa. Tidak ada jalur JR ke Asakusa sehingga kami membeli tiket subway. 3 hal yang iconic di Asakusa diantaranya: Kaminari Gate (Kaminarimon), Sensoji Temple, dan Nakamise Shopping Street.

Kaminarimon adalah gerbang di Asakusa. Gerbang ini  sebagai pintu masuk menuju Kuil Budha Sensoji. Gerbang ini ditandai dengan lentera besar berwarna merah, saking iconic-nya maka setiap pengunjung wajib berfoto dengan latar gerbang ini. Setelah melewati gerbang, di kiri dan kanan banyak toko-toko souvenir. Ada tas, kaos, pernak-pernik, makanan dan minuman. Makanan berlabel halal juga tersedia. Kami berada disana dari sore ke malam, dari terang benderang sampai lampu-lampu menyala indah. Bersih, rame tapi cukup menenangkan.

Dibagian ujung terdapat Sensoji Temple. Banyak yang meramal nasib dengan membeli omikuji (kertas ramalan), bukan hanya penduduk jepang (yang beragama shinto) tapi juga wisatawan lainnya.

 

Ada satu hal unik lainnya di Asakusa yaitu Jinrikisha. Jinrikisha ini adalah becak yang ditarik oleh manusia. Dengan menaiki jinrikisha ini pengunjung akan diajak berkeliling Asakusa. Kami meninggalkan Asakusa saat sore sudah berganti malam, dalam perjalanan pulang terlihat Tokyo Tower sudah memancarkan lampu kuning kemerahan.

Kemudian kami menuju Akihabara, disini pusatnya elektronik dan manga. Jalanan dan pertokoannya gemerlap. Saya mampir ke salah satu toko membeli komik Detective Conan pesanan Sandra, pengen komik dengan tulisan kanji katanya, meskipun ia tak bisa membacanya, hehehe…

Kemudian kami melanjutkan keliling Tokyo menuju Ginza. Dari stasiun Akihabara naik JR Yamanoto Line lalu turun di stasiun Yurakucho. Ginza merupakan tempat elitnya Tokyo. Disini pusatnya barang dan restoran berkelas. Kami hanya melihat-lihat saja :-). Setelah cukup lelah, kami kembali ke apartemen.

#Day 4

Masih melanjutkan keliling Tokyo tapi hari ini jadwalnya lebih padat. Kami berangkat bersamaan dengan karyawan kantor yang akan bekerja sehingga kami merasakan naik kereta yang penuh sesak. Sebelum berangkat tak lupa sarapan di apartemen. Di sekitar apartemen banyak convenience store sehingga mudah mendapatkan nasi.

Tujuan hari ini : pagi di area Shinjuku-Shibuya (Yamanote Line), siang di area Kawasaki, dan malam di area Odaiba.

http://www.japan-guide.com/e/e3008.html
http://www.japan-guide.com/e/e3008.html
http://www.japan-guide.com/e/e3252.html
http://www.japan-guide.com/e/e3252.html

Tujuan pertama adalah melihat Tokyo dari ketinggian. Tokyo memiliki banyak observation deck, dua diantara yang populer adalah Tokyo Skytree dan Tokyo Tower. Namun kedua objek tersebut berbayar. Ada satu objek yang gratis, yaitu Tokyo Metropolitan Government Building (Tocho). Dan Tocho inilah yang menjadi pilihan kami.

Dari Asakusabashi kami menuju Shinjuku Stasion, keluar melalui west exit. Cukup jauh berjalan melalui lorong panjang diantara pekerja kantoran yang berpakaian rapi. Setelah lebih kurang 20 menit, kami tiba di Tocho . Observation deck-nya baru dibuka pukul 09.30 tetapi antriannya sudah cukup panjang. Pusat observasinya ada di lantai 45. Secara bergiliran (dan mengantri), pengunjung diantar dengan menggunakan lift. Meskipun tidak istimewa, menurut saya tempat ini cukup oke sebagai alternatif tempat wisata di Jepang (yang murah :-)).

Dari Tocho kami kembali ke stasiun Shinjuku untuk menuju stasiun Shibuya. Di Shibuya, dua hal yang paling populer adalah Hachiko statue dan Shibuya Crossing.  Hachiko statue sering dijadikan meeting point, tempat bertemu rekan, teman, dan relasi. Dan disini, secara tidak sengaja kami bertemu Adek, panggilan akrab Novriana Dewi, adik kelas semasa SMA. Adek sedang menemani Uci jalan-jalan (Uci adalah adik kelas SMA juga). Tadinya kami janjian bertemu di museum Doraemon, tapi Hachiko yang mempertemukan lebih awal, an unexpexted meeting 🙂

Di Shibuya, menonton orang-orang menyeberang jalan saja merupakan pengalaman yang menyenangkan, apalagi ikut menyeberang diantara lautan manusia 🙂

Kemudian kami berpisah dengan Adek dan melanjutkan perjalanan ke NKH Studio Park yang masih berada di kawasan Shibuya. NHK ini nama salah stasiun tv populer bukan hanya di Jepang tetapi juga beberapa negara lainnya termasuk Indonesia. Karena itu saya tertarik kesana. Disini kita bisa melihat proses di balik layar dan berakting menjadi pembaca berita.

Dari NHK, kami menuju  Fujiko-Fujio Museum (Doraemon Museum) di daerah Kawasaki. Jika naik JR line jaraknya cukup jauh karena melalui rute yang memutar. Cara tercepat bisa menggunakan subway, tapi karena ingin berhemat maka kami menggunakan JR Pass yang sudah ada saja. Kami naik JR dari Shinjuku menuju Noborito Station dengan transit di Tachikawa Station. Area ini rasanya sudah masuk ke pinggiran Tokyo. Waktu tempuhnya sekitar 1.5 jam, Valzon dan Dinar sampai tertidur pulas. Mereka memang tipe yang gampang tidur, ditambah lagi kecapean karena banyak jalan kaki.

Dari Noborito Station kami naik shuttle bus ke museum Doraemon. Tapi museum Doraemon terasa hambar, mungkin menjadi anti klimaks karena kecapean. Padahal sebagai orang yang tumbuh di jaman 90an dan mengikuti Doraemon sejak awal seharusnya bagian ini merupakan kunjungan kenangan.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami istirahat dan makan di statiun Noborito. Setelah cukup segar, perjalanan kami lanjutkan ke destinasi terakhir yaitu Odaiba.

Perjalanan menuju Odaiba memberikan semangat baru, badan yang capek kembali segar setelah melihat pemandangan gedung-gedung futuristik yang menawan. Kami naik monorel dari Shimbashi Station (Yamanote Line). Pemandangan dari atas monorel ini mengagumkan: lampu-lampu gedung mulai menyala, jembatannya megah, dan melintasi sumida river yang menawan.

Kami turun di Daiba Station, lalu berjalan menuju taman. Udaranya dingin, tapi tak menyurutkan semangat kami. Banyak bunga-bunga cantik di taman, ada jembatan yang bersih dengan sungai yang mengalir di bawahnya, dan lampu jalan juga lampu gedung yang menyala indah. Perjalanan ke Odaiba ini merupakan klimaksnya keliling Tokyo. Jika kembali ke Jepang, tentu saya akan kembali ke Odaiba.

Lalu kami berjalan menuju ke Diver City Tokyo Plaza untuk melihat gundam. Gundam adalah robot raksasa khas Jepang. Gundam ini dipajang di Diver City Plaza. Setiap jam 7 malam akan ada pertunjukannya. Robot raksasa itu akan bergerak dan bertempur dalam sebuah misi penyelamatan. Dan untungnya saya tiba tepat waktu, pertunjukan gundam dimulai sesaat setelah saya tiba disana.

Setelah berjalan seharian, kami bersiap kembali ke apartemen. Namun karena sudah capek Dinar mengajak naik taksi, ongkos dia yang bayar. Tarif taksi dari Odaiba ke Asakusabashi adalah JPY 4500 atau sekitar IDR 540.000.

Kalau mengikuti itinerary, Day #5 seharusnya kami masih keliling Tokyo (mengunjungi taman-tamannya). Tapi setelah membaca Autumn Report yang mengatakan Tateyama dalam masa puncak autumn, maka kami mengubah rencana. Untungnya apartemen di Tokyo bisa refund untuk pemesanan malam ketiga dan saya berhasil booked apartemen pengganti di Toyama. Maka Day #5 dan Day #6 kami akan berada di Toyama (dan Kanazawa) dengan tujuan utama Tateyama Kurabe Alpine Route.

 

3 thoughts on “Japan Series #3 : Keliling Tokyo

Leave a comment