Foreign · Korea

Jalan-Jalan ke Korea, Part 2: Dari Gyeongbokgung Palace sampai Berburu Bunga Sakura

Lega rasanya saat mendarat di Incheon International Airport. Toilet mana toilet! Udah gak sabar pengen ke toilet, soalnya selama 6,5 jam perjalanan Kuala Lumpur – Seoul hanya sekali buang air kecil, males bolak-balik toilet karena takut turbulence, hehehe. Makanya saat mendarat hal pertama yang dicari adalah toilet 🙂

Masih di Incheon International Airport, kami membeli T-Money.  T-Money adalah kartu sakti yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran segala jenis transportasi, meliputi: subway, taksi, ataupun bus. Bukan hanya di Seoul, kartu ini juga bisa dipakai di propinsi lain seperti Jeju. Lebih dari itu, T-Money juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran di convenience store seperti 7-eleven atau GS25.

Tujuan pertama kami adalah Hotel Novotel Seoul Ambassador Gangnam. Ada banyak pilihan transportasi. Paling gampang menggunakan Limousine Bus karena akan diantar langsung di depan hotel, tapi biayanya cukup mahal. Pilihan lainnya bisa menggunakan bus atau subway. Karena di Indonesia sudah sering naik bus, maka kami pilih naik subway. Caranya, dari Incheon 2 kali naik kereta. Pertama naik kereta AREX , transit di Gimpo Airport. Kemudian lanjut kereta jalur 9, turun di stasiun Shinonhyeon exit 4.

Saya langsung familiar karena cukup sering naik moda transportasi seperti ini. Tapi kemudian kami kebingungan: “Kenapa kami tiba di stasiun terakhir? Padahal saya tidak tidur dan  sepertinya tak melewatkan Stasiun Shinonhyeon!”   Valzon yang panikan langsung mengoceh macam-macam, bahkan ia meminta Enno bertanya ke warga lokal. Hehehe, padahal tinggal balik arah ikuti jalur yang sama maka akan kembali ke stasiun Shinonhyeon. Saya masih bertanya dalam hati, “kenapa bisa salah hitung?”. Tak ambil pusing, kami segera berbalik arah.

IMG-20150412-WA0021

Keluar dari stasiun Shinonhyeon kami sudah berada di district Gangnam, dari exit 4 lurus saja mengikuti jalan besar, jaraknya 400an meter. Hotel Novotel berada di pinggir jalan raya, sangat mudah dijangkau. Jalannya yang menanjak membuat kami menghela nafas saat menarik koper. Tapi cuaca yang sejuk cukup menyegarkan hati & pikiran. Padahal langit cukup terang dan cerah tetapi tak terasa panas, benar-benar cuaca yang sangat menyenangkan.

Tak diragukan, hotel Novotel ini sangat nyaman. Pengalaman paling berkesan adalah toiletnya yang high technology, bidet toilet. Sebagai orang yang terbiasa dengan fasilitas backpacker tentu saya takjub dengan toilet seperti ini. Water pressure-nya bisa diatur, ada air panasnya dan bahkan ada pengeringnya. Semua tinggal pencet secara otomatis. Berhubung toilet umum di Korea tidak ada air, maka kami selalu “kuras habis isi perut” sebelum pergi kemana-mana. Itu karena jadwal kami tidak terlalu padat, sehingga kami bisa melakukan kegiatan dengan santai.

Bidet Toilet Setelah makan dan bersih-bersih kami siap menyusuri kota. Tujuan hari pertama adalah Gyeongbokgung Palace dan sightseeing sekitar Myeongdong. Target jam 3 sore harus tiba di Gyeongbokgung demi menyaksikan upacara pergantian shift. Kami makan dulu di hotel, bukan di restorannya ya, tapi makan di dalam kamar dengan lauk rendang dan teri yang dibawa dari Indonesia, hihihi. Nasinya beli di 7-eleven yang store-nya ada dimana-mana, salah satunya di depan hotel kami. Nasinya sudah matang, tinggal dipanaskan di microwave. IMG-20150413-WA0043a Sebagai pecinta drama korea, istana kerajaan tentunya menjadi list wajib untuk dikunjungi. Ada banyak istana, tapi Gyeongbokgung Palace sudah cukup mewakili. Naik subway line 3 turun di Gyeongbokgung Palace exit 5. Kami beruntung tiba di sana tepat ketika upacara pergantian shift akan dimulai. Entah apa yang disampaikan karena kami tak mengerti bahasa korea, tak ada subtitle ataupun dubbing seperti di drama korea, hehehe. Tapi sebagai pekerja pabrik yang terbiasa dengan kegiatan change shift, agaknya saya paham bahwa yang disampaikan adalah isu-isu/ concern yang terjadi sebelumnya, ini hanya menerka-nerka ya, hihihi. Kostumnya keren-keren, pengen punya satu tapi untuk apa juga ya 🙂

IMG_8179 _MG_8184

Istana ini tampak megah dan kokoh dilengkapi dengan ukiran kayu yang indah dan detail. Entah dari awal memang sudah sekeren ini atau ini adalah hasil pemugaran yang kemudian menjadi objek wisata. Yang jelas pemerintah Korea jeli “menjual” kemegahan Istana, yang dipromosikan lewat serial drama, sehingga menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi. Patut ditiru, karena Indonesia juga memiliki banyak istana yang menarik. Sayangnya sinetron kita banyak yang tak layak konsumsi, sehingga sulit meniru Korea yang sukses berpromosi melalui drama televisi.
IMG-20150413-WA0054 IMG-20150412-WA0054IMG-20150412-WA0046 IMG-20150413-WA0049

Masih satu kompleks dengan Gyeongbokgung Palace, disini ada National Palace Museum of Korea. Tak perlu membayar lagi karena tiket Gyeongbokgung Palace dapat digunakan sebagai terusan di museum ini. Selain menampilkan peninggalan sejarah secara fisik, museum ini juga dilengkapi dengan multimedia yang menampilkan silsilah kerajaan Korea. Enno cukup menguasai sejarahnya sehinga kami cukup menyimak layaknya peserta karya wisata yang didampingi tour guide 🙂

Sore menjelang kami menuju kawasan yang populer dengan pusat perbelanjaannya yaitu Myeongdong. Secara spesifik, tak ada barang yang ingin saya beli, hanya melihat-lihat saja. Dari muter-muter ditemukan banyak toko kaos kaki lucu, harganya 1000 won sepasang. Baiklah, sebelum pulang mesti mampir sini lagi untuk membeli kaos kaki buat ponakan 🙂

Angin sore semakin dingin, Valzon yang tak begitu kuat dingin dan mudah capek saat berjalan jauh sepertinya sudah membeku. Saatnya kami mampir ke tempat makan sambil beristirahat. Hanya Enno yang pesan makanan, saya dan Valzon tidak ikut makan. Saya rasa kalau di Indonesia hal seperti itu biasa saja ya, tapi mungkin disini tidak demikian. Si ibu pemilik warung, dengan bahasa Korea yang tak kami pahami, seperti marah-marah saat mengetahui yang pesan cuma satu. Sebenarnya kalau ada es teh atau jus-jus bolehlah saya pesen minum, tapi yang dijual hanya berbagai macam mie. Walau dijutekin, Enno tetap dapat menikmati ramyun pesenannya. IMG-20150412-WA0043 Jam 8 malam kami kembali ke hotel. Membayangkan akan jalan jauh dan naik-turun tangga menuju  subway Valzon langsung berseloroh, “Kita disini banyak keluar masuk bawah tanah, mana jalannya jauh-jauh pula. Capek!!!”

Hehehe, iya juga sih. Mau gimana lagi, naik subway adalah hal yang paling praktis dan gampang panduannya, sekaligus merasakan menjadi warga Korea yang hobi “berjalan kaki”. Pengalaman seru naik busway adalah ketika kami ditegur oleh seorang bapak yang kesal mendengar kami terlalu berisik. Dia mengatakan manner orang Korea adalah diam saat di ruang umum. Memang kami cukup berisik. Terutama Valzon, ada saja ulahnya, mulai dari mengomentari kenapa mayoritas ibu-ibu Korea berambut keriting sampai bernyanyi dangdut sesuka hati di setiap tempat. Saya dan Enno kadang terbawa suasana sehingga tertawa haha hihi yang mungkin mengganggu penumpang lain. Tapi lucunya, saat kami hening, tiba-tiba dari sudut lain terdengar suara sekumpulan warga korea yang malah asik haha-hihi juga. Si bapak terdiam malu tapi untungnya dia turun di station berikutnya 😛

Sakura dan musim semi memang identik dengan Jepang. Namun Korea juga memiliki spot-spot menarik yang menawarkan pemandangan sakura saat bermekaran. Bahkan konon sakura malah berasal dari Korea, lebih tepatnya Jeju. Karenanya, di Korea juga ada festival cherry blossom. Hari kedua di Korea kami fokus pada cherry blossom outing.

Tujuan kami yang pertama adalah Seokchon Lake. Danau Seokchon ini berada tak jauh dari Jamsil Station. Di seberang danau ada Lotte World, wahana permainan yang terkenal itu. Pohon sakura tumbuh subur mengelilingi danau. Waktu mekarnya sakura bergiliran dari selatan sampai ke utara, di sini sakura sudah mulai berguguran, akan tetapi  pengunjungnya masih ramai. Mungkin karena cuacanya yang sejuk sehingga nyaman untuk jalan-jalan, padahal jam 12 siang. Terlihat ada yang jogging di siang bolong, kakek nenek berjalan santai, juga muda-mudi yang berjalan sambil menyeruput secangkir kopi. Waktu seakan berjalan lambat yang tanpa disadari sudah lebih 2 jam kami berada di sini. Jam 6 sore kami harus berada di Gimpo Airport untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Jeju. Sedangkan masih ada satu lagi spot lagi, yaitu Yeouido Park. Sekarang sudah jam 1.30 siang, karenanya kami mesti bergegas kesana.

IMG_8205Jpeg  IMG-20150413-WA0070

Yeouido menjadi tujuan wajib karena sedang berlangsung festival sakura. Festival ini rutin dilakukan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung mekarnya sakura. Dari Jamsil Station kami menuju National Assembly Station. Keluar dari stasiun, banyak pedagang kaki lima menuju Yeouido Park. Kami membeli “roti cubit”. Ada banyak varian rasa, kami membeli isi kacang dan isi coklat. Rasanya enak dan cukup efektif menunda lapar karena belum makan siang.

IMG-20150413-WA0029a

Selama festival jalan raya ditutup dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Lebih kurang sama seperti car free day: ada live music, ada beragam jajanan, juga ada beragam pameran. Tentu yang paling spesial adalah sakura yang bermekaran. Berbaur dengan warga lokal kami ikut duduk di rumput dan mengeluarkan bekal nasi dan rendang untuk makan siang. Jadilah kami hanamian di Yeouido Park dalam suasana yang menyenangkan. Sayangnya kami harus bergegas pulang menuju hotel untuk mengambil luggage dan kemudian menuju bandara.

IMG_8254IMG_8246IMG-20150413-WA0057

Perjalanan menuju hotel di warnai rintik-rintik hujan. Kami tiba di hotel sekitar jam 4.30 sore, 2 jam sebelum boarding time. Kami meminta saran ke bapak petugas hotel, lebih cepat naik taksi atau subway? Si bapak menjawab naik taksi saja. Tapi karena melihat jalan raya cukup padat dan khawatir terjadi macet maka kami pilih naik subway. Si bapak kemudian menyarankan naik kereta ekspress.

Sambil berlari kami menuju Shinonhyeon Station, syukur Alhamdulillah kereta segera tiba. Kondisi tak terlalu padat sehingga kami bisa duduk. Satu jam berlalu tapi tak juga tiba,terlalu banyak stasiun yang dilewati dan waktu semakin mepet. Kemudian kereta berhenti cukup lama di Gayang Station, padahal masih tersisa 5 stasiun lagi. Tak lama berselang ada kereta lain yang berhenti di Gayang Station juga. Saya dan Enno heran kenapa ada dua kereta, padahal ini bukanlah stasiun intersection. Kami amati secara seksama, kereta yang kami naiki kemudian akan berhenti di Yangcheon Station sedangkan kereta sebelah langsung ke Gimpo Airport. Tanpa pikir panjang kami bergegas menyeret koper dan pindah ke kereta sebelah. Setelah berada di dalam kereta tersebut kami baru menyadari bahwa kereta jalur 9 ini ada 2 versi, yaitu versi normal dan versi ekspress. Versi normal maksudnya kereta akan berhenti di setiap stasiun sedangkan versi ekspress kereta hanya berhenti di stasiun tertentu saja. Kami tidak memperhatikan dari awal, pantas saja bapak di hotel tadi menyarankan naik kereta ekspress, sayangnya kami tidak terlalu menyimak. Hal ini sekaligus menjawab kenapa kami bablas saat pertama datang kemarin. Pada saat itu pasti kami menaiki kereta ekspress sedangkan kami menghitung perhentiannya mengikuti alur kereta versi normal 🙂

Jam 6.10 kami tiba di Gimpo Airport. Tapi ternyata jarak dari exit subway ke ruang check in cukup jauh. Meskipun Gimpo Airport ini untuk penerbangan domestik tapi ternyata bandaranya sangat luas. Kami tidak memperhitungkan hal ini sebelumnya, saya kira keluar dari kereta langsung menuju ruang check in.  Kami panik karena waktu semakin mepet. Kami berlarian melewati calon penumpang lain, tak peduli keringat mulai bercucuran. Akhirnya kami tiba di check in counter Jeju Air, tapi jam boarding sudah lewat 😦

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

IMG_8264

4 thoughts on “Jalan-Jalan ke Korea, Part 2: Dari Gyeongbokgung Palace sampai Berburu Bunga Sakura

  1. Assalammualaikum wr wb.salam kenal.
    Kalo ngga keberatan bisa dikirimin itin+budgetnya mas.
    Kalo bulan mei masih bisa ngeliat sakurakah?
    Thx b4.

Leave a comment