Bangka Belitung · Indonesia

Bangka Series, Part 3: Belinyu & Pangkal Pinang

Hari ketiga…

Dari bagian selatan pulau Bangka, jalan-jalan kami lanjutkan ke bagian utara untuk mengunjungi Pantai Penyusuk dan Romodong di Belinyu. Jaraknya sekitar 200 km akan melewati Koba, Namang, Pangkal Pinang, Sungai Liat, dan Belinyu.

Di Belinyu kami mampir untuk makan otak-otak. Disini ada otak-otak yang terkenal, namanya “AFUNG”.  Tempatnya ala kadar saja, tapi pembelinya ramai. Proses membakar otak-otak yang dilakukan di depan pembeli bisa jadi salah satu daya tarik. Tapi yang utama adalah rasa cukanya yang maknyus, ada campuran terasi bangka sehingga memberikan rasa yang khas. Harganya 2000 per bungkus, terlihat murah, tapi sekali santap perorang bisa menghabiskan 5-8 bungkus 🙂

Untuk minumannya, ada es kacang merah. Bahan-bahannya kacang merah, kacang hijau, cincau, dan cendol. Saya suka, rasanya menyegarkan di siang hari yang panas menyengat.BelinyuD3a D5aOtak-otak Afung ini lokasinya di seberang Goa Maria Belinyu. Saya pernah main ke Goa Maria di Sendang Sono, Kulon Progo, Yogyakarta. Menurut saya Goa Maria Sendang Sono lebih khidmat. Mungkin karena Sendang sono lokasinya lebih terpencil dibanding Belinyu yang berada di tengah kota. Tapi keduanya tetap memberikan nuansa sejuk karena banyak pepohonan rindang nan asri.

D9Setelah melewati kota Belinyu di kiri dan kanan jalan banyak cerukan yang merupakan bekas galian timah. Bangka merupakan propinsi penghasil timah nomor satu di Indonesia. Cerukan-cerukan itu ada yang menampung air, efeknya terlihat seperti kolam atau danau yang berwarna biru. Cukup indah dipandang, tapi miris juga kalau nantinya seluruh permukaan tanah Bangka menjadi kolam seperti itu. Mendekati Tanjung Penyusuk jalanan mulai menurun. Laut tampak di sisi kanan jalan, aroma laut semakin tercium jelas, hehehe…

Sekali lagi kami mendapati pantai cantik berpasir putih dengan bebatuan granit yang saling bertumpukan. Walaupun mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pantai lainnya, tapi masing-masing pantai punya kekhasan masing-masing. Bebatuan di Tanjung Penyusuk besar-besar, saling bertumpukan membentuk semacam bukit di pinggir pantai. Mirip seperti di film Laskar Pelangi!

Di satu sisi tersaji pantai berpasir putih dengan garis pantai yang panjang dan sesekali diterpa ombak yang memecah pantai. Di sisi lain terdapat pantai berbatu dengan air yang tenang sehingga saya tak mungkin melewatkan kesempatan untuk berenang disini. Perpaduan dua kondisi itu menjadikan pantai Tanjung Penyusuk sebagai salah satu pantai favorit saya.D11D13 D23 D27D30 Menurut Cipto kami beruntung karena selalu mendapati air laut berwarna biru. Katanya kadang air laut berwarna coklat, mungkin tergantung musim.

Fasilitas di pantai masih minim. Ada dua buah bilik toilet dan tempat bilas. Mushola juga seadanya, entah itu bangunan mushola atau bukan. Sebuah bangunan 3*3 meter persegi tanpa dinding yang kemudian saya jadikan tempat sholat. Angin yang kencang mampu menerbangkan sajadah saya (jadi kayak sajadah terbangnya aladin donk, hehehe).

Dari pantai Tanjung Penyusuk kami menuju pantai Romodong. Dua pantai ini berdekatan tetapi posisi pantai Romodong lebih ke barat sehingga cocok untuk melihat sunset. Sebelum sampai ke pantai, ada dua buah batu besar yang menjadi gerbang masuk pantai Romodong.D35Sesampainya di pantai Romodong kami menggelar terpal dan segera menyantap perbekalan yang telah disiapkan kakak Cipto. Seru rasanya piknik dan makan bersama di pantai, tak ada orang lain disini. Sebagai warga yang ramah lingkungan, tak lupa sampah/ sisa makanan kami bungkus kembali untuk di buang di tempat sampah 🙂

  Kami menunggu sunset sambil berenang. Air laut tenang sehingga aman untuk berenang. Tak ada tempat bilas disini sehingga kami bersih-bersih seadanya dengan air galon yang ada di mobil. Seharian berpanas-panasan (dan karena akumulasi hari-hari sebelumnya) membuat kulit sandra menjadi belang 🙂

Sunset yang ditunggu enggan menampakkan diri. Langit sudah memerah di balik awan. Lagi-lagi kami belum beruntung. Tak apalah, meski kami tak beruntung melihat sunset tetapi kami sudah diberi banyak keberuntungan lainnya.

  D42Senja telah berlalu pertanda kami segera pulang. Perjalanan ke Pangkal Pinang ditempuh dalam waktu 2.5 jam. Sesampainya di rumah kami mandi dan bersih-bersih, tak lupa menjemur pakaian basah karena besok akan pulang.

 

Hari keempat…

Dari selatan sampai utara pulau Bangka sudah dijelajah, hanya sisi barat saja (yaitu Muntok) yang tak kami kunjungi. Tak apalah, rasanya apa yang telah kami kunjungi sudah cukup mewakili. Pesawat ke Jakarta take off jam 17.25 wib. Hari terakhir ini kami akan keliling kota Pangkal Pinang.

Tujuan pertama kami adalah Museum Timah. Terpajang foto-foto yang menjelaskan sejarah penambangan timah di masa awal, kemudian menggunakan mesin, sampai advanced technology. Bukan hanya foto-foto, ada juga contoh peralatan gali-tanah di masa lampau, sampai miniatur kapal keruk untuk penambangan di lepas pantai.

E1 E3

Selanjutnya kami menuju pusat oleh-oleh untuk membeli berbagai kerupuk khas Bangka. Kerupuk Bangka bukan sembarang kerupuk, untuk merk tertentu harganya lumayan tinggi. Cap Tani misalnya, selevel kelasnya bakpia 25 atau 75 lah. Ada rupa ada harga. Kerupuk yang paling saya suka adalah Getas cap Tani. Selain membeli kerupuk, saya juga membeli terasi Bangka.

E5

Selanjutnya kami foto-foto di klenteng kwan tie miaw dan klenteng Dewi Laut. Klenteng kwan tie miaw terletak di pusat kota, merupakan klenteng tertua di pulau Bangka. Sedangkan klenteng Dewi laut berada di sebuah bukit tak jauh dari pantai Pasir Padi. Karenanya, setelah dari klenteng itu kami turun bukit menuju pantai Pasir Padi.

Air laut sedang surut, tapi kemudian ini menjadi daya tarik tersendiri. Pantai yang semestinya terendam air kini terlihat kering dan menghadirkan pemandangan seperti di padang pasir. Di bagian tertentu ada genangan air, mungkin seperti oase :-).

Mobil kami berjalan jauh ke tengah, berarti pasir disini cukup padat. Kata Bang Ben, saudara Cipto, selama mobilnya tetap berjalan insya Allah tidak akan terperosok. Asal jangan melewati area yang tergenang air saja, tambahnya.

 E12 E13E10

Selesai sudah jelajah Bangka. Kami kembali ke rumah dan siap-siap menuju bandara Depati Amir. Terima kasih untuk Cipto dan keluarga yang sudah direpotkan. Semoga lain waktu bisa main ke Bangka lagi 🙂

E16 E17

5 thoughts on “Bangka Series, Part 3: Belinyu & Pangkal Pinang

  1. Sore mas,

    Mau tanya saudaranya yg ada di Bangka itu punya info penginapan dekat pantai parai selain yg parai beach resort tidak yah. Saya rencana maret mau kesana tp info penginapan dekat pantainya hanya sedikit. Dan apakah saudaranya berminat utk menyewakan mobilnya?
    Hihihihihihi usaha 😁

    Makasih sebelumnya yah

    Ichung

    1. Sore mbak Ichung,

      Tanjung Pesona resort juga dekat pinggir pantai, lebih sepi dan privat kalau menurut saya.

      Novotel atau Soll Marina memang tidak di tepi pantai, tapi akses ke pantai gampang koq mbak (pakai mobil).

      Untuk mobil temen saya gak nyewain, maaf ya… Coba googling aja mbak, ada beberapa rental kayaknya.

Leave a comment