Foreign · Hong Kong

Hong Kong 2 1/2 (Part 1)

Perjalanan ke Hongkong ini merupakan trip lanjutan dari Macau, saya masih ditemani Valzon dan Dinar.  Postingan ini saya beri judul “Hongkong 2 1/2” maksudnya adalah trip ke Hong Kong dalam 2.5 hari. Apa saja yang bisa dilakukan? Please check this out 🙂

img_3665Kami masuk ke Hong Kong  melalui pelabuhan menggunakan ferry dari Macau dengan tiket seharga 250ribu rupiah sekali jalan. Jangan salah pilih pelabuhan karena dari Macau ke Hong Kong ini setidaknya ada 2 rute populer yaitu Pulau Hong Kong dan Pulau Kowloon. Tujuan kami adalah Pulau Kowloon karena hotel kami berada disana. Berbicara tentang pelabuhan, pelabuhan di Kowloon ini luas sekali, pelabuhannya terintegrasi dengan mal. Keluar dari imigrasi kita langsung masuk ke pusat perbelanjaan.

Kami keluar pelabuhan ketika langit sudah gelap, pertanda sore akan berganti malam. Saya sempat menggunakan wi-fi dipelabuhan itu untuk mencari lokasi KG Guest House. Untuk menuju hotel bisa menggunakan MTR turun di Tsim Tsa Tsui Station exit D1, KG Guest House berada di Mirador Mansion. Tapi setelah diskusi, Dinar mengajak naik taksi saja agar langsung sampai ke tujuan tanpa nyasar dan tanpa naik turun tangga MTR. Ya sudah, karena paduka sudah mengeluarkan titah maka tinggal ikuti saja. Toh taksi Dinar yang bayar… Dinar yang baik hati dan tidak sombong sempat membela diri bahwa naik taksi bertiga tak selisih jauh dengan naik MTR. Oke deh bos 🙂

Saya menunjukkan alamat beraksara China ke sopir taksi hasil googling di pelabuhan. Tanpa mengalami rintangan (ya iyalah, naik taksi) kami tiba di depan Mirador Mansion. Kami turun kemudian masuk ke koridor gedung itu. Sempat kesulitan mencari lokasinya karena belum terbiasa menginap di hotel berbentuk flat/ apartemen seperti ini. Kemudian kami naik lift ke lantai 3 dan akhirnya ketemu penginapannya. Tapi kemudian kami diantar ke lantai 9 oleh seorang asisten. Mungkin KG Guest House ini overbooked sehingga kami ditransfer ke kamar lain. Benar saja, di depan flat itu tertulis Lily Garden Guest House, bukan KG Guest House. Untungnya bagian dalamnya oke-oke saja sehingga kami tidak komplain. Kamar yang kami pesan adalah triple bed seharga 1.4juta per malam. Fasilitasnya standar saja, tapi ada dispenser di depan kamar sehingga kami bisa refil air minum, juga bisa membuat milo atau energen untuk sarapan. Satu flat ada sekitar 3 atau 4 kamar.

Setelah mandi dan merapikan barang, kami keluar mencari makan. Belum ada ide makan dimana. Sekitar 130 meter dari mansion ini tampak sebuah mesjid yang sangat besar, Masjid Kowloon namanya. Biasanya disekitar masjid banyak makanan halal. Berharap menemukan warung makan halal, kamipun melangkah kesana. Tapi kami tak menemukannya. Karena capek muter-muter, akhirnya kami bertanya ke pengurus masjid. Pengurus masjid mengatakan makanan halal banyak tersedia di Chungking Mansions, bangunan yang lokasinya di sebelah flat kami, Mirador Mansion.

Kemudian kami berpamitan ke pengurus masjid tersebut untuk menuju Chungking Mansion. Tapi di depan masjid ada seorang ibu, seperti orang Indonesia, yang sedang berjualan nasi bungkus. Ya sudah, kami beli nasi dari ibu itu saja. Tampaknya si ibu berjualan secara ilegal karena hanya nongkrong di pinggir jalan, tanpa memiliki lapak khusus. Si ibu membawa kresek besar berisi nasi bungkus kemudian menawarkan kepada orang-orang yang lewat. Sambil makan kami ngobrol-ngobrol dengan si ibu. Ibu itu orang tasik. Beliau bercerita kebanyakan pelanggannya sudah pesan lewat hp. Kalau ada petugas ibunya sembunyi-sembunyi.

Kami makan di pinggir masjid kayak pemuda gelandangan sambil ngobrol-ngobrol dengan ibu. Si ibu mengira kami buruh kapal yang sedang berlabuh di Hong Kong. Ketika saya memperkenalkan diri dan menyebut profesi teman saya yang seorang dokter, si ibu langsung membantah tak percaya. Dia berkata, “dokter wadon”…. Wkwkwk, ya sudahlah, untung saja masakannya yang citarasa Indonesia lumayan enak, kalau engga sudah kami tinggal kabur 🙂

Kami berpamitan dengan si ibu lalu naik MTR ke Ladies Market. Dari Tsim Tsa Tsui Station menuju Mong Kok Station Exit E2. Di Ladies Market ini menjual souvenir seperti kaos, gantungan kunci, tas dsb. Seperti umumnya pasar, transaksinya dengan cara tawar menawar. Saya tidak membeli apa-apa karena tak ada yang cocok. Juga kebetulan lapak-lapak sudah banyak yang tutup, mungkin karena sudah lewat jam 9. Kalau mau makanan halal di Ladies Market saya melihat sign restoran halal yang bernama Miss India Restaurant. Setelah berkeliling satu lintasan kemudian kami kembali ke hotel untuk beristirahat…

2013-10-22-13-07-41 2013-10-20-22-25-46

***

Pagi hari kami masih di hotel. Jadwal tidak terlalu padat sehingga masih bisa santai-santai di hotel. Jadwal kami hari ini adalah:

  • Avenue of Stars (siang ke sore)
  • The Peak (sore ke malam)
  • Victoria Harbour (malam, untuk menyaksikan “Symphony of Lights”)

Kami turun dari hotel sekitar jam 10 pagi untuk breakfast sekaligus lunch, brunch. Sesuai rekomendasi yang didapat pada malam sebelumnya maka kami menuju Chungking Mansion. Dibagian depan banyak bapak-bapak berwajah India yang menawarkan menu makanan dengan menunjukkan brosur. Kami berkeliling melihat-lihat. Memang banyak makanan halal disini tapi didominasi masakan India. 2013-10-20-12-03-27Akhirnya kami singgah disalah satu tempat makan yang cukup ramai. Kami bertiga memesan nasi briyani, masing-masing satu porsi. Ternyata porsinya besar sekali. Nampaknya satu porsi cukup untuk berdua atau mungkin bertiga. Tapi karena sudah terlanjur dipesan ya sudah dimakan saja. Satu dua sendok pertama masih oke, suapan berikutnya sudah agak berbeda, bumbunya makin  terasa. Dan berikutnya perut terasa eneg. Mungkin karena porsinya terlalu gede. Reaksi yang saya rasakan masih mending daripada Valzon dan Dinar. Seketika itu juga mereka bersumpah kapok makan nasi briyani alias “Tobat Briyani”, hahaha… Sebenarnya saya pernah makan nasi Briyani di Bangkok, porsinya juga besar, tapi tak seperti ini rasanya. Waktu itu saya makannya memang 1 porsi untuk berdua.

Melupakan sejenak rasa nasi briyani, kemudian kami menuju Avenue of Stars di Victoria Harbour. Jaraknya sekitar 400 m, dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 15-20 menit. Siang itu langit mendung, jadi cuacanya nyaman untuk jalan kaki. Tapi langit yang mendung dan cenderung berkabut membuat gedung-gedung di seberang sungai tidak tampak cerah. Meskipun demikian, cuacanya membuat betah duduk santai disini. Apalagi banyak kursi untuk bersantai disepanjang Avenue of Stars.

img_3712 img_3845

Avenue of Stars ini adalah bentuk apresiasi pemerintah Hong Kong terhadap artis-artisnya yang telah memajukan industri perfilman. Siapa yang tak kenal Bruce Lee, Jacky Chan, Jet Li, Andy Lau, dll. Di sepanjang Avenue of Stars di pasang tapak tangan artis-artis tersebut dan dibagian ujung ada patung Bruce Lee. Avenue of Stars ini merupakan salah satu area wajib dikunjungi jika ke Hong Kong karena pemandangannya yang juga oke.

img_3738 img_3780img_3845img_3840

Dari Avenue of Stars kami berjalan ke clock tower yang berada di belakang kami. Tak jauh dari situ terdapat dermaga ferry untuk menyeberang ke pulau Hong Kong. Ada dua pilihan tujuan ferry yaitu central dan wan chai. Karena kami ingin ke The Peak maka dermaga yang kami tuju adalah central, tarifnya murah saja sekitar 5000 rupiah. Cara lain untuk menyebrang ke Pulau Hong Kong ini adalah dengan menggunakan MTR. Dengan MTR perjalanan melalui bawah tanah sedangkan dengan double-deck Ferry kita bisa melihat gedung-gedung bertingkat dari atas  sungai.

img_3899 img_3900

Tiba di Central Ferry Pier kemudian kami menuju Peak Tram dengan berjalan kaki. Lokasi cukup jauh. Pertama kita akan melewati jembatan panjang yang dibawahnya melintas jalan raya, kemudian kami melintasi  taman, lalu menyebrang jalan di perempatan, mengikuti jalan yang menanjak dan akhirnya sampai di Peak Tram. Dari sini kami akan naik tram ke The Peak atau dikenal juga dengan sebutan Victoria Peak.

img_3908 img_3905

Lintasan Peak Tram ini berupa jalur menanjak dengan kemiringan yang ekstrim, mungkin sekitar 45-50 derajat, lumayan menguji nyali walau terbilang aman. Antrian sore itu cukup panjang, sampai-sampai di dalam tram pun banyak yang berdiri, termasuk kami. Di sisi kanan kita dapat menyaksikan gedung-gedung bertingkat dalam posisi miring 🙂

img_3920 img_3924img_3934

Di The Peak setidaknya ada dua atraksi yang dapat dilakukan, pertama masuk ke dalam museum lilin Madame Tussauds dan yang kedua memandang Hongkong dari ketinggian di Sky Terrace. Tiket terusan untuk return peak tram, madame tussauds, dan sky terrace sebesar 280 HKD atau sekitar 500ribu rupiah. Cukup mahal sih, tapi pengalaman sekali-kali boleh dicoba. Sebenarnya saya pengen skip madame tussauds karena sudah pernah masuk di Bangkok, tapi karena Dinar berbaik hati mau membayarkan Madame Tussauds maka saya masuk lagi deh :-).

Madame Tussauds Bangkok dan Hong Kong tak ada perbedaan yang signifikan. Setting dan kostum saja yang sedikit berbeda, ditambah beberapa tokoh artis Hong Kong. Menurut saya masuk ke tempat seperti ini sekali saja sudah cukup karena keingintahuan, selebihnya masuk lagi paling-paling karena ingin menemani teman misalnya. Meskipun demikian, tak mengapa masuk berkali kali karena biasanya mereka melakukan improvement dengan penambahan tokoh baru atau penampilan karakter-karakter yang sedang populer (karakter film terbaru yang box office misalnya).

Tiket sky terrace hanya berlaku untuk sekali masuk, artinya kalau sudah keluar tak boleh masuk lagi. Karenanya kami memilih masuk saat langit sudah gelap saja alias malam agar dapat melihat gemerlap lampu-lampu Hong Kong. Boleh-boleh saja mau nongkrong dari sore sampai gelap di sky terrace ini, yang penting sekali masuk. Tapi rasanya kelamaan maka kami putuskan masuk kesini setelah main di Madame Tussauds. Untuk foto-foto saat sebelum gelap masih bisa diambil dari luar gedung Madame Tussauds dan view-nya juga cukup oke.

img_4004 img_3943img_4109

Pemandangan Hong Kong dari Sky Terrace ini memang cantik, tapi harus berjuang mencari spot terbaik karena padatnya pengunjung. Cukup puas melewati malam disini. Setelah itu kami turun kembali melalui jalur yang kami lewati sebelumnya dan kembali ke Victoria Harbour untuk menyaksikan Symphony of Light. Kalau mau beli oleh-oleh di Victoria Peak ini banyak yang jual, mutunya bagus tetapi sebanding dengan harganya.

Kami tiba di Victoria Harbour tepat sebelum pertunjukkan dimulai. Menurut info spot terbaik ada di Avenue of Stars, maka kami berjalan kesana. Tapi suasana sudah ramai sehingga kami menyempil saja diantara banyaknya orang. Symphony of Light adalah pertunjukan sinar dan musik yang melibatkan gedung-gedung di seberang sungai. Sinar laser itu menyinari gedung secara padu ditambah musik yang membuatnya semakin menarik. Simpel seperti itu saja sih, tapi cukup menarik karena saya memang suka lampu-lampu, terlebih lagi di pinggir sungai. Pertunjukkan gratis itu berlangsung selama 15 menit mulai jam 8 malam setiap hari jika cuaca cerah.

img_4160

Selesai menonton Symphony of Light penonton banyak yang bubar, tapi kami masih duduk  santai untuk melepas lelah karena capek berjalan seharian. Kaki terasa pegal. Setelah mendingan barulah kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki lagi. Tak lupa membeli nasi bungkus ibu Tasik di depan Masjid Kowloon (mungkin dia masih mengira kami kuli kapal yang baru selesai bongkar muatan :-))

img_4401

Bersambung…

6 thoughts on “Hong Kong 2 1/2 (Part 1)

  1. Hai, Yusnadi. Mau minta advice-nya nih.
    Kalo punya waktu 4D3N (hari pertamanya setengah hari, landing di HKIA, jam 12 siang, hari keempat take off dari HKIA jam 9 malam), nginap 3 malam di tsim tsha tsui, rencananya ingin mengunjungi Macau (one day trip, rencananya di hari kedua), Wisdom Path & big budha (rencananya di hari ketiga), jika ingin ke Victoria Peak juga, sebaiknya itinerary-nya bagaimana ya ? Masih sempat kah pergi ke The Peak di hari pertama (keluar imigrasi, lanjut naik bus ke penginapan di kowloon, bisa makan waktu 2-3 jam, baru bisa jalan ke The Peak sudah sore jam 3-jam 4) ? atau lebih baik di hari ketiga (pagi-nya ke big budha dulu) ? kalau ke The Peak-nya di hari keempat, meskipun waktunya panjang sampai sore sebelum lanjut ke bandara, rada malas bawa2 backpack (karena siang-nya harus sudah check out dari penginapan).
    Thanks ..

    1. Halo, Teddy…

      Saranku kalau mau santai:
      Hari pertama sore ke malam main di Victoria Harbour aja. Menikmati sore trus malamnya nonton symphony of light.

      Hari kedua, Macau menurutku bagusnya harus dapat malam. Karena malam di Macau itu wow banget, jadi kalo bisa sih bermalam di Macau ya.

      Day 3, nah pas malemnya ini yg menurutku oke ke the peak. Dr sore sdh dsana jd nikmatin pergantian hari juga. Paginya bebas cari yg dkt dan santai2.

      Day 4, kali menurutku big budha di hari ini. Searah k airport soalnya.

      Semoga lancar yaa

      1. Thanks buat sarannya, Yus.
        Sepertinya itu itinerary yang paling make sense sih.
        Untuk Day 2, masih mikir2 antara nginap di macau atau tetap dengan rencana semula (one day trip), penginapan di macau mahal soalnya (rata2 diatas IDR 2juta/malam). Budget segitu bisa kupakai buat jalan-jalan travelling ke tempat lain.

Leave a comment