China · Foreign

Guilin Part 4: Yao Mountain dan City Tour

Hari keempat, tujuan kami selanjutnya adalah Yao Mountain. Yao mountain merupakan bukit tertinggi di Guilin. Untuk menuju kesana paling murah dengan naik bus. Namun karena ingin cepat sampai tanpa nyasar kami memilih naik taksi. Lagipula naik taksi di Guilin tidak mahal, ada argonya. Pulangnya baru naik bus.

IMG_1029aTaksi mengantar kami sampai di depan pintu masuk, kalau naik bus harus jalan kaki sejauh 1 kilometer dari halte terdekat. Dari sini, kami akan naik cable car ke puncak Yao Mountain. Selain naik cable car cara lain menuju puncak adalah dengan hiking. Sayangnya waktu kami terbatas jadi kami memilih cara yang paling gampang dan waktu yang singkat (padahal alasan yang lebih tepat karena tidak kuat mendaki dalam cuaca dingin yang menusuk begini, hehehe)

Kami membeli tiket cable car round trip. Sebenarnya untuk turunnya ada alternatif lain yaitu naik tabogan. Tapi karena tiketnya lebih mahal maka kami memilih tetap naik cable car untuk pulangnya. Tabogan itu semacam perosotan, kita akan meluncur dari atas sejauh 1 kilometer. Sepertinya lumayan memacu adrenalin 🙂

Kami menuju ke tempat naik cable car, kami agak bingung karena tidak ada panduan yang jelas. Sesampainya disana kami langsung disuruh naik cable car. Agak kaget juga karena tanpa briefing atau penjelasan tentang safety, secara cable car-nya tampak begitu terbuka. Karenanya kami sempat melewatkan beberapa cable car sampai benar-benar yakin aman.

Waktu tempuh menuju puncak sekitar 30 menit. Lintasannya di atas hutan-hutan, namun sesekali terlihat jalur pendakian dan tabogan. Sebelum sampai ke puncak ada fotografer yang memofoto pengunjung, hasilnya diberikan dalam bentuk gantungan kunci ketika kita tiba di puncak. Tidak gratis, kalau berminat kita bisa membelinya. Karena bentuknya yang unik kami tergoda ingin membeli 🙂

IMG_1046 IMG_1033IMG_1129

Udara di Yao Mountain sangat dingin, ini karena angin yang berhembus cukup kencang. Tapi itu tak menghalangi untuk berlama-lama disini, sebagai antisipasi kami memakai sarung tangan dan tutup kepala. Pemandangannya keren. Meskipun agak berkabut kami tetap dapat menyaksikan megahnya bukit-bukit karst. Tak perlu khawatir kelaperan karena disini banyak yang menjual jajanan, ada yang jual kacang dan jagung rebus 🙂

Disini ada kuil. Kami masuk kesana melalui wishing tree. Pita-pita merah bertulisan huruf kanji menghiasi pepohonan di wishing tree. Mungkin semacam permohonan doa. Saya suka suasananya yang sepi dan khidmat.

IMG_1070IMG_1064IMG_1107IMG_1102IMG_1110

Setelah hampir 2 jam di puncak kami kembali ke Guilin. Pulangnnya kami naik bus. Lama juga menunggu bus, agak khawatir kalau-kalau kami salah halte. Mana lokasinya lumayan sepi. Agar yakin, saya bertanya ke pemilik warung di dekat halte. Bapak pemilik warung mengatakan kami tidak salah lokasi. Setelah menunggu 30 menit bus yang ditunggu datang juga. Kami naik bus itu, transit sekali kemudian sampai di pusat kota. Bus yang kami naikin double decker. Karena ini pengalaman pertama naik bus bertingkat makanya kami begitu excited. Kami memilih duduk di atas, berasa lebih tinggi dari mobil-mobil sekitar 🙂

Sisa hari dari sore ke malam kami lewati dengan jalan-jalan di pusat kota. Hotel kami letaknya persis di depan Bayan Lake dimana Sun and Moon Pagoda berada disana. Kami dapat dengan mudah bolak-balik ke pagoda ini. Suasana di pinggir Bayan Lake enak untuk bersantai, banyak bangku taman di pinggir danau. Jalanan untuk pejalan kaki juga lebar sehingga nyaman sekali mengelilingi danau. Saat malam pancaran lampu menambah kemegahan pagoda. Di sudut lain terdengar live music, meskipun lagunya berbahasa China tapi musiknya terdengar easy listening. Saya sampai bersenandung dalam hati mengikuti alunan musik. Saya suka melewati malam disini.

Kemudian kami menuju Xicheng Pedestrian Street. Banyak sekali tenda-tenda pedagang, mereka menjual beraneka ragam barang terutama souvenir. Menurut saya barang yang dijual mirip seperti yang dijual di Yangshuo Night Market.

Dari Xincheng kami menuju Zhengyang Pedestrian Street. Kami tiba disini sekitar jam 10, toko-toko sudah banyak yang tutup. Zhengyang terlihat lebih rapi, di tengah jalan dipasang lampion dan warna-warni umbul-umbul yang menambah semarak suasana (mungkin karena menyambut Imlek). Barang-barangnya dijual dipertokoan bukan di tenda seperti di Xicheng . Banyak toko pakaian, butik, toko souvenir, dan restoran. Tapi kami hanya melihat-lihat saja dan sebelum pulang membeli es krim di convenience store.

IMG_1200 IMG_1207IMG_1155 IMG_1161

Hari kelima… Kami masih punya satu hari full sebelum pulang ke Indonesia besok pagi. Hari ini jadwal kami keliling kota saja melihat-lihat barang elektronik dan souvenir lainnya. Sulit sekali berbelanja disini karena kendala bahasa. Di beberapa tempat Sandra mesti menuliskan angka di kertas untuk tawar menawar harga :-). Di salah satu mal, kami kesulitan lagi belanja barang elektronik. Untungnya ada seorang mahasiswi yang bisa berbahasa Inggris, dia yang menolong kami. Meski agak sulit kami tetap enjoy jalan-jalan dan berbelanja seperti ini.

IMG_0975 IMG_1022 IMG_1026 IMG_1186IMG_1184 IMG_1185a

Selesai sudah jalan-jalan di Guilin. Secara keseluruhan saya sangat menikmati liburan ini meskipun harus memotong cuti 5 hari. Jika ada kesempatan lagi saya ingin kembali ke Guilin karena East or west, Guilin scenery is the best.

IMG_1092

Leave a comment