Jam 8 pagi kami meninggalkan Yangshuo untuk selanjutnya menuju Shangri-La Park. Lokasinya  di jalan Guiyang, 18 km utara Yangshuo, arah yang sama tujuan Guilin. Sebelumnya kami berencana naik bus ke Shangri-La Park, tapi staf hotel menawarkan rental mobil. Setelah dihitung-hitung masih masuk budget maka kami setuju untuk rental mobil. Karena sudah familiar dengan koko driver yang kemarin maka kami request agar dia yang mengantarkan.

Lokasinya hanya 20 menit dari Yangshuo. Setibanya disana, koko driver membantu membelikan tiket dengan harga 70 Yuan. Tak jauh dari pintu masuk, ada dua pohon sakura yang sedang mekar, cantik! Kemudian kami lanjut ke dalam melalui bangunan berbahan kayu yang didominasi warna hitam. Kami disambut sekelompok pemusik yang memainkan alunan musik tradisional, terasa menenangkan.

 

Shangri-La Park artinya taman sebagai tempat tinggal yang ideal. Memang cantik pemandangannya, ada bangunan tradisional yang mengitari danau dengan background pemandangan bukit karst yang menjulang tinggi. Di pinggir danau berjejer kapal motor yang akan membawa pengunjung mengelilingi danau.

Di dalam bangunan tradisional tersebut terdapat berbagai macam kegiatan, ada yang memintal benang, ada yang membuat kerajinan/ ornamen-ornamen, ada juga yang bernyanyi dan menari bersama. Bangunan paling ujung agak unik, di depan rumah banyak jagung yang dijemur, entah apa maksudnya. Kalau di kampung saya biasanya ikan asin yang dijemur 🙂

 

   

Usai mengelilingi bangunan tradisional kami naik kapal motor. Roaming !@#!@$%&…. Pemandu wisatanya hanya memakai bahasa China. Tapi tak apalah, kami menikmati pemandangan saja. Airnya tenang sehingga membentuk seperti cermin, beberapa bangunan terlihat cantik dari permukaan air.

Kapal melintasi rumah-rumah tradisional di tepi danau. Setiap ada kapal yang lewat, crew/ pemilik rumah menyambut dengan tarian, musik, dan nyanyian. Kapal juga masuk ke dalam goa dan keluar disisi lainnya. Naik kapal ini sekitar 20-30 menit.
 

Dari Shangri-La Park kemudian kami lanjutkan ke Guilin. Kami diantar koko driver sampai ke hotel. Setelah itu kami pamitan, keliling Guilin selanjutnya dilakukan dengan naik bus.

Tujuan pertama adalah mencari makan siang di Endian Halal Restaurant. Namanya memang seperti nama India, tapi ini bukan restoran India melainkan restoran masakan China, pemiliknya juga asli China. Lokasinya persis di samping Mesjid terbesar di Guilin, di Chongshan Road, tak jauh dari pedestrian road. Jadi aksenya cukup gampang. Di sekitarnya ada 2 atau 3 restoran halal lainnya. Sebelum makan, saya dan Hanif menjamak shalat zuhur dan ashar di masjid.

Restoran ini sangat saya rekomendasikan karena menyajikan masakan china yang enak dengan interior yang islamic. Di samping itu, alunan musik instrument akan menemani saat kita makan. Tapi saya tak sanggup tiap hari makan disini takut kantong bisa jebol, hehehe. Harganya di atas rata-rata. Besok-besok pesan nasi goreng saja, dibungkus lalu di makan dengan rendang di hotel 🙂

  

Kemudian kami lanjutkan ke Elephant Trunk Hill Scenic Area, yang merupakan maskot kotanya Guilin. Dinamakan Elephant Trunk Hill karena bagian depan bukit itu berbentuk seperti belalai gajah yang sedang minum air. Jalan-jalan di kota Guilin cukup mengasikkan karena suasananya sejuk, tapi kaki lumayan pegal karena jaraknya cukup jauh.

Di dekat  Elephant Trunk Hill ada taman, banyak orang tua yang membawa anaknya jalan-jalan sore. Lama juga kami duduk-duduk melepas lelah di taman ini sambil menyaksikan tingkah polah anak-anak yang semuanya berkulit putih. Mereka lucu-lucu, bermain satu sama lain.

    

Magrib menjelang, kami kembali ke hotel. Sebelum itu, kami mampir ke KFC. Sandra memesan makan malam sementara saya memilih minum coca-cola saja dan memakan pisang yang dibeli di pinggir jalan. Hari ini cukup segini dulu jalan-jalannya, besok dilanjut ke Yao Mountain…