Malam sebelumnya, saat jalan-jalan di west street kami sekalian mencari paket tour Li River. Ada banyak agen yang menawarkan programnya tetapi kami pilih paket dari hotel karena harganya relatif sama. Paket yang kami beli bukan tour dengan private car plus tour guide, melainkan tetap naik bus umum. Hanya saja tiket bus ke Yangdi, tiket boat bambu, dan tiket bus pulang dari Xingping sudah di arrange oleh hotel. Hal itu tentu akan menghemat waktu. Bisa saja kami membeli tiket sendiri di terminal tapi sedikit repot karena busnya tidak ada tulisan Inggris. Lagipula harga yang ditawarkan tidaklah mahal, lebih kurang sama jika dibanding beli sendiri (mungkin malah akan lebih mahal jika nanti ketemu calo).
Yangshuo to Yangdi
Kami berangkat pukul 8 pagi. Staf hotel mengantar dari hotel sampai naik bus di terminal, selebihnya kami jalani sendiri. Di dalam bus kami berbaur dengan penduduk asli yang turun naik sesuai tujuan mereka di sepanjang jalan menuju Yangdi. Pemandangan didominasi lahan persawahan, tetapi yang menarik perhatian tentu saja bukit-bukit karst yang menjulang tinggi. Bus berhenti sekali untuk istirahat dan merokok sebelum akhirnya tiba di Yangdi.
Yangdi to Xingping
Kami tiba di Yangdi setelah menempuh perjalanan sekitar 1.5 jam. Perhentian busnya sangat dekat dengan dermaga. Saat turun dari bus banyak yang mengejar-ngejar, mungkin calo, tapi saya tunjukkan tiket kami. Kemudian kami diarahkan naik boat bambu. Sebelum naik boat, kami membeli dua ikat jeruk yang dijual kakek nenek dipinggir dermaga.
Boat bambu hanya diisi kami berempat, ditambah satu bapak pengemudi (raftman) tentunya. Suasana cukup privat dalam pemandangan yang menakjubkan. Bapak raftman sekalian menjadi pemandu meskipun tanpa bahasa Inggris. Beliau menunjuk sebuah tebing di sisi kiri sambil berkata “Kwan Im”. Oh, artinya tebing itu menyerupai Dewi Kwan Im. Bisa saja si bapak 🙂 Saat kami asyik berfoto di spot-spot yang menarik beliau dengan ramah mengurangi kecepatan boat. Bahkan beliau juga membolehkan Sandra atau Luis mencoba mengendalikan perahu.
Beberapa kali ada cruise yang mendahului. Kapal itu berangkat dari Guilin ke Yangshuo. Harganya relatif mahal tapi fasilitasnya cukup oke, ada makan siang di kapal dan tentunya dapat menikmati pemandangan Li River sepanjang 5 jam perjalanan. Kekurangannya, isinya terlalu ramai sehingga akan rebutan posisi di spot-spot menarik. Lapipula, pemandangan terbaik Li River konon ya diantara Yangdi ke Xingping ini, jadi tak perlu menyusuri dari Guilin.
Bapak raftman menawarkan apakah kami ingin makan siang, jika ia boat bambu akan berhenti di restoran dekat pinggir sungai. Karena sudah cukup kenyang makan jeruk maka kami tidak singgah, tentu agar tetap hemat juga, hehehe).
Ketika hampir tiba ke tujuan akhir yaitu Xingping, bapak raftman menunjuk tebing lagi sambil berkata “nine horses”. Oh, tebing di depan berbentuk seperti sekumpulan kuda. Benar-benar mirip, tapi saya tak bisa menghitung dengan pasti apakah jumlahnya adalah sembilan 🙂
Boat berlabuh di Xingping. Uang 20 yuan berlatar area ini. Tak lupa kami berfoto dengan memamerkan uang 20 yuan. Setelah itu kami siap-siap pulang. Di pinggir jalan ada penjual jajanan. Karena tak tau yakin kehalalannya, hanya Sandra dan Luis yang membeli. Kata Sandra gorengannya mirip bakwan udang. Hanif hanya bisa ngiler, hehehe 🙂
Xingping to Yangshuo
Kami berjalan mencari bus tujuan Yangshuo. Tak terlihat ada bus. Hanya ada sebuah electric car parkir disana tapi tak ada penumpang apalagi sopirnya. Saya bertanya ke orang yang lewat, katanya kami naik electric car ini ke halte bus. Mumpung belum ada sopir dan penumpang lainnya, kami foto-foto dulu disini:-).
Setelah sopir dan penumpang lainnya berdatangan, electric car menuju halte bus. Kemudian kami masuk ke dalam bus tujuan Yangshuo. Busnya mirip dengan bus ke Yangdi tadi, bus 3/4 tanpa AC. Untungnya cuaca cukup dingin jadi memang tak memerlukan AC. Kalau dalam cuaca panas mungkin akan terasa gerah. Perjalanan dari Xingping ke Yangshuo ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 jam.
Setelah sampai di terminal Yangshuo kami mampir sebentar di rumah makan halal di seberang jalan untuk membeli makan siang dan lanjut kembali ke hotel.
Di hotel kami bertanya tentang bagaimana menuju silver cave. Staf hotel mengatakan naik bus tujuan Lipu, tapi karena sudah terlalu sore dia menyarankan untuk rental mobil saja. Malah jika rental mobil akan ada potongan harga untuk tiket masuk goa. Ketika dikalkulasikan harganya masih cukup ekonomis. Kami sepakat rental mobil dan berangkat sekitar jam 16.30 sore.
Silver Cave
Betapa terkejutnya kami saat tau driver yang membawa kami adalah orang yang kemarin mengantar kami ke hotel. Saya teringat kemarin bertanya padanya tentang lokasi hotel kami. Berarti dia sangat familiar dengan hotel kami. Kami senang bertemu dengannya lagi. Paling tidak, mungkin dia mau diajak mampir sebentar jika ada spot yang menarik di perjalanan.
Kami melewati pemandangan cantik di dekat jembatan, tapi karena mengejar silver cave sebelum jam 17.30 maka kami minta untuk koko driver mampir disana saat pulangnya. Dia setuju 🙂
Kami tiba di silver cave. Koko driver membelikan tiket dan membagikannya kepada kami, dia mengatakan akan menunggu kami di mobil.
Kami masuk ke dalam goa. Di dalam pengunjungnya masih lumayan ramai. Bahkan ada seorang ibu yang berkeliling dengan duduk di atas tandu. Artinya goa ini bisa untuk segala usia, terlihat juga ada beberapa orang anak-anak. Bagi orang yang menyukai sesuatu yang alami mungkin kurang menikmati goa ini karena adanya cahaya buatan. Sedangkan ekspektasi saya kesini memang untuk menikmati colorful lighting yang menyinari stalaktit dan stalakmit tersebut sehingga saya cukup menikmati. Warna-warnanya sangat cantik.
Seperti halnya “nine horses” di Li River tadi, beberapa stalaktit dan stalagnit disini juga dianalogikan menyerupai bentyk sesuatu seperti ice cream, mother’s love dan lain sebagainya.
Setelah puas menjelajah silver cave sepanjang 2 km, kami kembali ke Yangshuo. Tak lupa mampir di jembatan yang sudah kami tandai saat berangkat tadi. Untung senja belum terlalu gelap sehingga masih bagus untuk foto-foto. Di dekat jembatan berjejer rakit bambu, mungkin saat siang rakit itu banyak disewa wisatawan untuk mengelilingi sungai.
Kami tiba di hotel ketika sore sudah berganti malam. Sebenarnya ingin menonton pertunjukan Liu San Jie, tapi informasi dari staf hotel pertunjukkan tersebut sedang off karena ada area yang dalam perbaikan. Ya sudah, kami jalan-jalan di sekitar hotel sampai ke west street lagi saja. Foto ala-ala ditempat yang cahayanya menarik, melihat-lihat toko-toko souvenir, dan juga beli roti untuk sarapan.
Ini adalah malam terakhir kami di Yangshuo. Besok kami akan kembali ke Guilin, diperjalanan nanti akan mampir di Shangri-La Park.
Xie xie, Yangsuo 😉
Nonton videonya langsung keingetan film red cliff mas…
bagus2 pemandangannya mas..
Wahh, saya belum nntn red cliff… Coba saya masukkan dalam list dulu 🙂
Iya mas, mirip Ha Long Bay atau Raja Ampat, tapi ini di sungai 🙂
iya mas, mantap pemandangannya ya…