China · Foreign

Guilin Series, Part 1: Jakarta – Guilin

Dulu saat masih kuliah saya ingat betul Hanif dan Dinar ingin sekali pergi ke Guilin, China. Waktu berlalu, saya dapat info ada promo Air Asia ke Guilin. Langsung deh saya kabari hanif dan beberapa teman lainnya. Banyak yang tertarik tapi pada akhirnya hanya saya, Hanif, Sandra, dan Luis yang issued tiket. Harga tiketnya tak lebih dari 1,5juta rupiah per orang dengan jadwal terbang satu tahun kemudian 🙂

Kami memilih berangkat pada bulan Januari supaya bisa ber-winter series. Meskipun Guilin terletak di selatan China yang tak akan bersalju, sebagai manusia tropis yang belum pernah merasakan musim dingin tentu saya sangat excited. Prakiraan cuaca berkisar antara 5-13 derajat celcius. Segala perlengkapan sudah kami siapkan mulai dari jaket tebal, sarung tangan, sampai long john. Long john  beli secara online dari pedagang di Mangga Dua.

Jaket tebal membuat bagasi menjadi besar, untuk antisipasi kami membeli bagasi 20 kg yang dipakai berempat. Kalau dibawa ke cabin takut gak diijinkan :-). Barang-barang kami satukan di bandara sebelum keberangkatan. Kami tinggal dilokasi yang berbeda-beda. Hanif dari Jakarta Selatan, Sandra dari Cikarang, Luis dari Serang, dan Saya yang paling jauh dari Cilegon, karenanya kami datang lebih awal ke bandara un repacking bagasi.

1 2a

Selain persiapan pakaian, kami juga menyiapkan perbekalan lauk. Selain untuk berhemat juga untuk menjamin kehalalan. Hanif yang orang minang bertugas membawa rendang. Saat kuliah, sepulang mudik hanif sering membawa rendang buatan ibunya. Saya tau rendang buatan ibu hanif sangat maknyus, apalagi ditambah campuran kacang merah. Makanya kami request hanif untuk membawa rendang ;-). Biasanya rendang akan terasa semakin lezat saat semakin lama, mungkin karena tinggal sedikit kali ya :-). Saya membawa sambel teri dan kacang. Luis membawa sambal bubu buatan ibunya. Untuk cemilan kami telah menyiapkan biskuit dan coklat. Dan minuman kami membawa kopi, milo, dan sereal. Pokoknya kami tak akan mati kelaparan di Guilin 🙂

Penerbangan Air Asia dari Jakarta ke Guilin transit di Kuala Lumpur. Kami berangkat dari Jakarta jam 18.50 wib dan tiba di Kuala Lumpur jam 19.50 waktu setempat. Perjalanan lancar dan mulus, Luis yang gampang tertidur molor sepanjang jalan. Selanjutnya, penerbangan ke Guilin berangkat jam 06.45 besok pagi, jadi kami menginap semalam di bandara.

3a IMG_0322

Penerbangan dari Kuala Lumpur ke Guilin selama 4 jam. Alhamdulillah perjalanan aman dan lancar. Hanya saja, beberapa penumpang terdengar berisik ngobrol-ngobrol dalam bahasa China. Ada juga anak-anak yang berlarian di lorong pesawat. Mungkin capek kali ya duduk di kursi 🙂
IMG_0338Pesawat mendarat tepat waktu. Sebelum turun kami sudah siap memakai jaket. Kami beres-beres sebentar di toilet bandara, cuci muka dan sikat gigi.  Kami menuju bagian imigrasi, kondisi cukup lancar karena sebagian besar penumpang sudah keluar.

Kemudian kami menuju luar bandara. Udara tampak berkabut dan sedikit gerimis, tapi terasa segar. Banyak sopir-sopir taksi/ minivan yang menawarkan jasa, “sama aja kayak di Indonesia”, batinku.

Saya mengabaikan tawaran para sopir taksi karena kami akan naik airport shuttle bus ke pusat kota Guilin. Dari sana kami akan naik bus lokal ke Yangshuo. Tujuan pertama kami adalah Yangshuo.

Ada beberapa shuttle bus dengan tujuan yang berbeda-beda. Saya bertanya ke driver bus untuk memastikan tujuan dan bertanya bagaimana cara menuju Yangshuo. Tak mudah bertanya dalam kendala bahasa, tapi si bapak tetap antusias membantu. Beliau membuka google translate di-hp-nya, dengan media itu kami berkomunikasi. Dari info yang saya dapatkan, kami akan turun diperhentian dekat Guilin Railroad Station. Si bapak pula yang nantinya akan menginfokan kalau kami sudah sampai. Kami pun naik shuttle bus dengan perasaan lega, kami pilih kursi paling depan agar leluasa menikmati pemandangan.IMG_0340Dari bandara ke pusat kota ditempuh dalam waktu 1 jam. Si bapak menginformasikan kalau kami sudah sampai. Kami bergegas turun dan mengambil bagasi. Kemudian kami berjalan kaki searah jalan menuju persimpangan, disinilah jalan utama menuju Yangshuo. Dari info yang saya baca, cukup menunggu di pinggir jalan raya ini nanti akan banyak bus lokal menuju Yangshuo. Untuk meyakinkan saya bertanya ke beberapa penduduk lokal, tapi tak cukup membantu karena kendala bahasa. Tapi saya cukup pede bahwa inilah jalannya, kami menunggu di halte terdekat.

Lama menunggu tapi bus tujuan Yangshuo tak juga datang, menurut yang saya baca bus berangkat setiap setengah jam sekali. Saya cek peta, tampak ada dua terminal di jalan ini. Satu di selatan dan satu di utara dari posisi kami menunggu. Karena bus tak kunjung lewat, kami menduga mungkin salah posisi. Mungkin terminal bus ke Yangshuo yang di selatan jalan ini. Kalau terminalnya yang di selatan tentu bus tidak lewat sini karena Yangshuo terletak di sebelah selatan. Maka kemudian kami sepakat untuk berjalan ke selatan. Dari persimpangan jalan tadi kami belok ke kanan menyusuri jalan lurus itu sampai menuju terminal seperti yang tergambar di peta.

Sesampainya di lokasi tak terlihat ada terminal. Ternyata tersembunyi di belakang ruko-ruko. Terminalnya tidak lebih besar daripada terminal Jombor di Yogyakarta. Lagi lagi, saya bertanya warga lokal, kali ini bertanya ke koko pemilik toko tentang bagaimana menuju Yangshuo. Katanya bus ke Yangshuo akan lewat melalui jalan raya ini, terminalnya yang di utara jalan. Jadi sedari awal kami menunggu di area yang benar, kami tidak mendapati bus Yangshuo mungkin karena tidak mengerti tulisannya. Mungkin sudah banyak bus Yangshuo yang terlewatkan. Koko mau membantu menyetop bus. Tapi sayangnya hujan turun deras, koko menyarankan lebih nyaman naik dari terminal untuk memastikan tempat duduk. Ya sudah, kami naik taksi ke terminal. Lokasinya tak begitu jauh, sekitar 1,5 km saja. Tau gini mungkin lebih baik langsung naik taksi dari perhentian shuttle tadi 🙂

Sesampainya di terminal kami disambut ibu-ibu yang menanyakan tujuan kami dalam bahasa China. Karena sudah agak lelah kami ikuti saja ibu itu setelah saya katakan akan ke Yangshuo. Dia menuntun kami menuju bus. Banyak banget ibu-ibu seperti itu disini. Mungkin mereka calo, tapi entahlah karena kami tidak membayarnya. Tiket dibeli langsung dari bus, mungkin si ibu dapat persenan dari bus.

Perjalanan ke Yangshuo di tempuh dalam waktu 2,5 jam. Tujuan kami kesini untuk menikmati panorama alam bukit-bukit kars-nya yang sangat indah. Di sepanjang perjalanan ini pemandangannya cukup indah.

Pak sopir menginformasikan kalau kami sudah sampai. Kami turun dari bus tapi tak tau arah tujuan. Disana ada beberapa pemuda yang ternyata pemilik rental mobil. Mereka menawarkan mengantar kami. Karena harganya tak terlalu mahal dan terjamin sampai ke hotel tanpa nyasar maka kami setuju naik mobil rentalan. Tujuan kami adalah Yangshuo River view Hotel.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 24 jam, kami tiba di hotel. Hari masih sore, kami istirahat sebentar melepas lelah. Hotelnya lumayan oke dengan harga yang terjangkau. Kami memesan 2 kamar twin bed. Setelah magrib Hanif mengajak mencari rumah makan halal yang sudah di-googling-nya sebelum berangkat. Lokasinya di depan terminal. Dari hotel ke terminal tak terlalu jauh, sekitar 500 meter saja. Disini banyak penyewaan sepeda, namun untuk jarak dekat jalan kaki juga masih ok.

2013-01-31 19.46.43Sesampainya di depan terminal kami mencari-cari dimana lokasi warungnya. Setelah memperhatikan dengan detail, terlihat logo halal di depan warung makannya. Bapak si penjualnya memakai kopiah putih. Alhamdulillah, bakal terjamin makanan halal selama di Yangshuo. Untungnya lagi, ini bukan restoran India atau Arab, melainkan rumah makan masakan China. Menu yang di jual berbagai macam mie, nasi, lauk dan sayur. Mienya banyak sekali macam-macamnya, kalau di Indonesia di warung mie mungkin cuma menjual mie ayam dan bakso. Kalau disini banyak banget variannya, mungkin belasan. Berapa banyak panci kuahnya ya? Di dinding rumah makan terpajang menu-menu yang di jual, jadi kita tinggal tunjuk mau pesan apa. Tempat makan ini bukan restoran melainkan warung/ rumah makan biasa sehingga harganya relatif murah. Alhamdulillah dapat makanan China yang halal dan murah 🙂

Kami memesan nasi goreng dan dibawa pulang ke hotel untuk dimakan dengan rendang. Saya suka nasi gorengnya. Nasinya agak pulen digoreng dengan bumbu-bumbu, bawang putih, sayuran dan daging cincang. Sederhana namun lezat!

Setelah kenyang kami jalan-jalan ke west street. Lokasinya tak jauh dari tempat kami menginap. Nama west street berbahasa Inggris karena tempat ini merupakan tourist spot. West street  merupakan kota tuanya Yangshuo, semua bangunan disini bergaya tempo dulu. West street ramai dikala malam, jalannya disulap menjadi night market. Ada banyak cafe dan restoran untuk nongkrong dan makan-makan. Juga ada banyak toko pakaian, toko kerajinan tangan dan souvenir sehingga kita bisa belanja oleh-oleh disini. Kami sekedar melihat-lihat saja dulu karena besok malam akan kesini lagi. Tapi kalau ada yang dirasa cocok langsung dibeli.

IMG_0382 IMG_0387IMG_0355

Setelah jalan-jalan di west street, kami pulang ke hotel. Besok kami akan jelajah Li River, Silver Cave, dan ke west street lagi.

5 thoughts on “Guilin Series, Part 1: Jakarta – Guilin

      1. Ya atuh pak Taman Krakatau mah sy tau, sy jg di CLG pak, tepatnya di Taman Warnasari arah Anyer dpn Telkom…waah bpk keren udh keliling2 mana2 #sungkem deh pak, btw bpk kerja dmn?

Leave a comment