Foreign · Vietnam

HCMC: Day 3, Cu Chi Tunnel

Hari ini kami akan ke Cu Chi Tunnel. Sudah jam 10 tapi kami masih di hotel.  Tentu sudah sangat terlambat untuk ikut paket tour. Memang pada malam sebelumnya kami sudah memutuskan untuk naik motor saja. Harga paket tour ke Cu Chi Tunnel  110.000 vnd, harga yang cukup murah sebenarnya. Jika naik motor, harga bensin-nya saja 23.000vnd/ liter. Kami lebih memilih naik motor karena ingin merasakan tantangan perjalanan jauh, ke luar kota Ho Chi Minh. Tapi, jam 10 masih di hotel ini namanya kesiangan, bukan sengaja ingin berangkat siang.

Karennya, kami bimbang apakah tetap berangkat atau tidak. Berkunjung ke HCMC dan melewatkan Cu Chi Tunnel adalah hal yang menyedihkan. Padahal untuk dapat kesini Rama terpaksa pakai “ijin sakit” karena jatah cutinya belum ada (Rama baru pindah kerja sedangkan tiket sudah dibeli jauh hari sebelumnya). Karena tujuan awal adalah seru-seruan makanya kami putuskan untuk tetap berangkat.

Perlengkapan yang kami bawa hanya sebuah peta dan kamera, itupun hanya peta Kota Ho Chi Minh. Artinya, di peta itu tidak dijelaskan dengan detail tentang District Cu Chi. Jadi, kami belum punya gambaran tentang perjalanan ke Cu Chi Tunnel. Dalam hati, mungkin hanya seperti Jogja-Borobudur. Kami sempat bertanya ke Mbak Resepsionis Luan Vu Hotel. Mbak-nya tidak merekomendasikan naik motor, tapi karena kami nekad dia pun angkat tangan 🙂

IMG_9634Rama yang mengemudi dan saya yang membonceng sambil membaca peta. Setelah mengisi bensin, kami meninggalkan district 1 ke arah utara. Seperti yang saya bilang pada tulisan sebelumnya, HCMC lebih seperti Jogja. Tidak banyak bangunan tinggi, di pinggir jalan banyak penjual makanan (Kalau di jogja banyak yang jualan gudeg di pagi hari, di sini juga banyak yang jualan di pinggir jalan), jalannya sempit-sempit, dan juga jumlah sepeda motor cukup banyak sehingga sering menimbulkan kemacetan.

Membaca peta bukanlah perkara sulit, perhatikan saja nama jalan yang ada di toko-toko lalu cocokkan dengan peta. Tapi beberapa kali saya missed saat di persimpangan. Rama yang memiliki kemampuan lebih jago dengan cepat bisa mencari “jalan tikus” untuk kembali ke jalan yang benar 😉

Setelah 30 menit, kami terhenti pada sebuah kemacetan panjang. Entah apa yang terjadi di depan, apakah ada kecelakan atau mungkin kereta api yang sedang lewat. Saya khawatir kalau jalanan seperti ini maka waktu tempuh yang estimasinya 2 jam bisa jadi sampai 3 jam. Pulangnya juga begitu, sedangkan ini adalah hari terakhir dan pesawat kami terbang jam 20.20. Jadi hari ini rasanya kami akan sering berburu waktu.

2012-09-17 09.29.55Meski jalan penuh dengan motor, tak terdengar bunyi klakson yang saling beradu (seperti di Indonesia). Hanya Rama yang suka membunyikan klakson sambil melaju kencang, beberapa kali terpaksa saya marahi dia  karena  membuat kebisingan. Kalau dikejar polisi kan repot, kami tidak punya SIM internasional 😀

Kami tiba di District Cu Chi setelah 1,5 jam perjalanan. Di sini kami sudah tidak bisa lagi mengandalkan peta karena sudah di luar coverage area. Di depan kami ada perempatan besar yang ada jembatan layang, tak ada petunjuk jalan sehingga kami terpaksa bertanya ke penduduk lokal. Ada seorang bapak yang sedang memperbaiki sepeda. Lagi-lagi, bahasa menjadi kendala utama. Cara yang ampuh adalah bertanya sambil mempraktekkan langsung seperti kuis tebak-tebakan di tv. Saya memperagakan jalan jongkok seolah-oleh berada di dalam terowongan yang sempit dan tingginya setengah badan. Setelah beberapa kali mengulang akhirnya si bapak mengerti apa yang kami maksud, tangannya kemudian memperagakan arah lurus ke depan kemudian belok kanan sambil berbicara dengan bahasa Vietnam. Pengalaman yang cukup menyenangkan sekaligus menyulitkan saat bertanya hanya dengan mengandalkan bahasa tubuh 🙂

Jalan utama yang tadinya lebar kini semakin sempit, untuk memastikan tidak bablas maka kami kembali bertanya ke warga lokal. Setelah melewati beberapa kilometer, di depan kami ada pertigaan dan ada sign penunjuk arah ke “Cu Chi Tunnel”. Jaraknya sekitar 30km, jadi dengan kecepatan 60 km/jam maka kami akan tiba di sana dalam 30 menit. Kalau Rama yang bawa motor, 60 km/jam itu masuk kategori pelan/ santai. Dia bisa melaju sampai 90-100 km/jam, hehehe.

Dalam kondisi “buta” (tanpa peta) kami memang harus banyak bertanya, tapi kadang banyak bertanya malah semakin membingungkan dan menyesatkan. Kenapa? Karena bisa saja orang yang kami tanyai tidak mengerti tujuan kami sehingga mengarahkan ke arah yang berbeda. Maka bertanya pun mesti pilih-pilih. Dari pertigaan awal tadi, agaknya ada sebanyak 7 kali kami berhenti untuk bertanya. Bertanya saat di warung sambil beli minuman, bertanya di POM sambil mengisi bensin, dan beberapa kali bertanya ke rumah warga. Yang membingungkan, dari semua itu mereka bukannya menunjukkan ke satu arah tujuan. Itu yang menyebabkan beberapa kali kami mesti bolak-balik karena miss communication 😦

Salah satu pelajaran penting adalah ada baiknya kita mempelajari beberapa kosakata lokal. Andai kami tau bahasa lokalnya tunnel maka kami akan lebih mudah untuk bertanya. Belakangan, setelah perjalanan pulang kami melihat sign penunjuk jalan, di situ ada tulisan“Địa đạo Củ Chi” yang diikuti dengan tulisan “Cu Chi Tunnel” di bawahnya. Alamak, andai dari awal kami memperhatikan tulisan itu maka mungkin kami tidak akan tersesat begitu lama. Dan cara lain yang juga ampuh mungkin kami perlu membawa gambar tempat yang akan dituju

Jarak HCMC  ke Cu Chi Tunnel sebenarnya hanya 70 km. Setelah mengalami langsung, menurut saya perjalanan seperti dari Jogja ke Puncak Suroloyo, bukan Jogja ke Borobudur. Kalau Jogja ke Borobudur jalannya besar dan ramai, sedangkan ini jalanannya kecil, sempit, dan banyak persimpangan. Namun suasana cukup asri khas pedesaan, walaupun dulu ceritanya Cu Chi ini habis dibombardir tentara AS sehingga menjadikannya area yang tandus, gersang, dan banyak ranjau.

Saya hampir putus asa, tapi setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam akhirnya kami tiba di Cu Chi Tunnel. Saatnya berwisata sejarah dengan menyaksikan langsung bukti-bukti kegigihan gerilyawan viet cong pada perang vietnam.

IMG_9807 IMG_9808

Pertama-tama kami diajak ke sebuah banguan semacam aula untuk melihat video dokumenter tentang sejarah Cu Chi Tunnel. Kami tiba di sini sekitar jam 13.00, mungkin karena sudah terlalu siang maka pengunjungnya tinggal kami saja.

IMG_9816 IMG_9823

Di sini diperlihatkan replika terowongan yang terdiri dari 3 tingkatan. Tingginya dari permukaan tanah masing-masing 3 meter, 6 meter, dan 10 meter. Tujuannya sebagai benteng pertahanan, saat tentara AS mengebom dari udara maka yang akan rusak hanya tingkatan pertama, jadi mereka masih punya tempat persembunyian di bawahnya. Terowongan ini panjangnya lebih dari 200 km, bisa menampung puluhan ribu penduduk Vietnam. Mereka membangun terowongan ini hanya dengan peralatan sederhana seperti cangkul kecil untuk menggerus tanah dan baki dari anyaman bambu untuk mengumpulkan hasil gerusan.

IMG_9817

Kemudian kami diajak berkeliling hutan menyusuri terowongan. Yang namanya tempat persembunyian tentu pintu masuknya disamarkan. Cara mereka menyamarkan pintu masuk adalah dengan menutupinya dengan daun-daun kering sehingga terkesan alami. Bagi orang awam memang tak akan menyangka kalau di bawah itu ada pintu terowongan. Ukuran pintu masuknya sangat kecil, hanya cukup untuk ukuran tubuh orang Vietnam yang memang mungil-mungil, hal ini tentu menyulitkan tentara AS karena tak bisa masuk ke dalam sana

IMG_9826 IMG_9827IMG_9828 IMG_9829

Selain itu, mereka juga menyiapkan jebakan-jebakan sederhana tapi mematikan untuk di atas permukaan tanah seperti gambar di bawah.

IMG_9832 IMG_9831

Saya salut betapa profesional-nya mereka membangun terowongan ini. Untuk supply udara mereka buat dari undakan di atas permukaan tanah. Di dalam terowongan memiliki fasilitas yang lengkap: ada klinik, ada ruang pertemuan, dan juga ada dapur. Kami dapat membayangkan itu semua karena disajikan diorama-diorama sebagai replika cerita sejarah.

IMG_9812 IMG_9835

Kami juga diajak menyusuri terowongan sempit dan tingginya hanya setengah badan, disana kami harus jalan jongkok untuk menuju pintu keluar. Salut untuk kegigihan mereka selama berpuluh-puluh tahun hidup di dalam terowongan dengan kondisi yang sangat terbatas seperti itu, tentu itu bukan perkara yang mudah. Saya ikut bangga atas kemenangan Vietnam atas Perancis dan AS yang notabene memiliki peralatan perang yang jauh lebih canggih

Di akhir tour, kami di ajak mencicipi makanan yang menjadi santapan warga Vietnam sehari-hari selama hidup di dalam terowongan. Bahkan tour guide sengaja menyebutkan makanan itu dalam bahasa Indonesia yaitu “singkong”, mungkin sudah banyak orang Indonesia yang berkunjung kesini sehingga dia familiar kata “singkong” dari pengunjung asal Indonesia 🙂

IMG_9842 IMG_9843IMG_9844

Jam 14.00 kami kembali ke parkiran. Rama menyuruhku jangan lupa pegangan, itu artinya dia akan ngebut. Ternyata dia bener-bener menggila, aku cuma bisa pasrah karena waktu kami agak mepet. Saking ngerinya, aku sempat bergumam dalam hati, “seandainya motor kami slip lalu terjatuh atau tertabrak maka tak akan ada yang mengenali kami di desa antah berantah ini”, hihihi.

Kami tiba kembali di HCMC sekitar jam 15.30 wib. Panas terik berhasil membakar kulit Rama dari warna putih menjadi merah, itu karena dia tidak memakai jaket. Sisa waktu kami gunakan untuk keliling-keliling sebelum menonton water puppet show jam 17.00. Beberapa tempat yang kami kunjungi adalah Reunification Palace, People’s Committee, Cathedral Notre Dame, Post Office, Opera House, dan Ben Tanh Market.

IMG_9881 IMG_9870

Tempat-tempat itu letaknya berdekatan, jalan kaki pun bisa. Sebagian besar bangunan bersejarah di HCMC adalah peninggalan Perancis. Maka tak heran di sini banyak bangunan tua bergaya eropa. Itu pula yang menjadi magnet HCMC.

IMG_9895 IMG_9874IMG_9897 IMG_9854IMG_9916 IMG_9918

IMG_9922 IMG_9927

Saya mampir ke kantor posnya untuk mengirim kartu pos ke Indonesia, harga perangko 10.500vnd.

IMG_9868

Jam 16.55 kami tiba di lokasi pertunjukan water puppet. Hari ini kami banyak kejar-kejaran dengan waktu, menyenangkan sekaligus bikin deg-degan. Teater sudah lumayan penuh, yang tersisa hanya kursi  bagian bawah sayap kiri. Seperti halnya nonton bioskop posisi ini adalah posisi sisa, tak apa-apalah yang penting bisa nonton tanpa menunggu lama.

IMG_9928

Saat tirai dibuka, di panggung ada semacam kolam berisi air, di kanan dan kiri panggung ada penyanyi dan pemain musik. Kalau di Indonesia seperti dalang dan sinden. Sesuai namanya, water puppet, maka puppet ini dimainkan di atas air. Selama 50 menit berada di sini saya merasa cukup bosan. Mungkin ini hanya masalah selera ya, saya lihat penonton lain cukup terhibur terutama bule-bule. Tapi Rama ternyata merasakan kebosanan yang sama, hehehe. Saya salut dengan pemerintah Vietnam yang jago mempromosikan wisata mereka walau untuk pertunjukkan (yang menurut saya membosankan) 🙂

IMG_9931 IMG_9942IMG_9948 IMG_9949

Kami tiba di District 1 sekitar jam 19.00 untuk mengembalikan motor dan mengambil tas di hotel. Setelah memastikan tak ada yang tertinggal kami kemudian menuju bandara dengan menggunakan taksi. Di dalam taksi, kami makan nasi goreng yang dibeli di Restaurant India di dekat hotel. Porsinya cukup besar dan sangat mengenyangkan. Kami tiba di bandara sekitar jam 19.45, di sana rombongan ibu-ibu yang kami jumpai saat berangkat kemarin sudah tiba lebih awal. Mereka membawa barang-barang dua kali lebih banyak, pun di bandara mereka masih sempat belanja-belanja lagi menghabiskan sisa uang Dong.  Jam 20.20 pesawat take off sesuai jadwal. Vietnam, tunggu saya kembali lagi yaa 🙂

5 thoughts on “HCMC: Day 3, Cu Chi Tunnel

  1. mas, boleh d infokan cu chi tunnel tour yg murah dmn? n hotel tempat mas menginap dsana apa namay? n sberapa jauh dr ben than market? sy rencana nov mo ksana n msh buta tour travel yg murah serta penginapan yg murah n nyaman

  2. Saya nginap di Luan Vu Hotel. Penginapannya nyaman dan terletak di pusat kota, District 1, walau begitu tak ada kesan berisik. Hanya 5 menit dari Ben Thanh. Ini link-nya http://www.agoda.com/id-id/luan-vu-hotel/hotel/ho-chi-minh-city-vn.html

    Kalau sudah tiba di district 1, coba keliling saja mbak pilih paket tour. Banyak pilihan dan harga kompetitif. Waktu itu saya ambil paket ke Mekong Delta langsung dari Luan Vu Hotel, karena harganya relatif murah

Leave a comment