Foreign · Vietnam

HCMC: Day 1, Nyasar di Ho Chi Minh City

Walaupun saya tinggal di Cilegon sedangkan Rama di Jakarta, tapi untuk duluan sampai bandara tetap saya juaranya. Tak mau tragedi “mengejar pesawat” terulang lagi, Rama saya wanti-wanti agar datang lebih awal. Untungnya kali ini dia ontime 🙂

Setelah melewati imigrasi, kami masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Seperti biasa, Air Asia tidak mengijinkan penumpangnya membawa makanan/minuman ke cabin. Sehingga jika ada yang membawa makanan/minuman maka wajib meninggalkannya disana, lebih tepatnya di meja setelah jalur x-ray. Banyak makanan yang disita. Rama yang penasaran kemudian mendekat dan mengecek tumpukkan makanan itu.

“Enak, Ram?”, tanyaku ketika dia membuka salah satu bungkusan dan icip-icip.

“Agak asin” jawab Rama sambil mengecek makanan lainnya 🙂

2012-09-15 14.41.58 2012-09-15 14.43.42

Pesawat take off sesuai jadwal pukul 16.35 wib. Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam kami mendarat di Than Son Nhat Airport, Ho Chi Minh City (HCMC), Vietnam. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan HCMC. Bandaranya lumayan luas, bersih dan rapi namun terkesan sepi, padahal baru jam 8 malam.

Di pesawat kami bertemu dengan grup ibu-ibu yang ikut paket tour. Mereka akan city tour dan dijemput di bandara. Kebetulan jadwal pulang kami sama, 2 malam 2 hari di HCMC. Setelah melewati imigrasi kami berpisah dan berharap bertemu lagi saat pulang nanti dengan membawa cerita masing-masing 🙂

Dong, Mata uang Vietnam, kurang populer di Indonesia sehingga cukup sulit mendapatkannya. Kalaupun ada nilai tukarnya tidak bagus. Begitupun sebaliknya, rupiah juga tidak populer di Vietnam. Sebagai jalan tengahnya kami membawa USD yang kemudian akan ditukar ke Dong setibanya di HCMC.

Sebelum pintu keluar bandara ada money changer. Belakangan saya simpulkan bahwa money changer ini nilai tukar paling bagus dibandingkan beberapa tempat lain di HCMC. 1 usd dihargai 20,840 VND sedangkan di downtown kisarannya 20,400 VND -20,600 VND . Rugi juga tidak nukerin semuanya USD saya disini.

IMG_9610 IMG_9613

Keluar bandara kami disambut rintik-rintik hujan, jalanan masih basah seperti habis di guyur hujan deras. Kami mencari bus ke pusat kota, sayangnya kami tidak menemukannya, mungkin kami terlambat.

Menurut info jadwal keberangkatan bus terakhir jam 8 malam, kami terlambat 30 menit. Alternatif lainnya adalah naik taksi. Tapi saya sempat googling, jika tetap ingin naik bus kita harus jalan kaki 700 meter keluar bandara, disana akan ada bus yang ke pusat kota. Karena tidak buru-buru sampai ke hotel maka kami pilih naik bus saja daripada naik taksi.

Tapi bagaimana caranya keluar bandara? Tidak terlihat adanya walkways. Memang sih Bandara Than Son Nhat ini tidak seluas Bandara Soekarno Hatta, tembok pembatas antara bandara dan jalan raya saja terlihat begitu dekat dari tempat kami berdiri. Karena terlihat dekat itulah maka kami putuskan untuk memanjat tembok bandara, hehehe. Tak masalah memanjat tembok, toh cukup gelap ditambah rintik-rintik hujan, jadi tidak akan ada yang memperhatikan 😛

Kami berhasil keluar bandara dengan gampang dan cepat. Di depan kami ada sebuah bangunan seperti mal, kami berjalan menuju bangunan itu untuk mencari tau dimana halte bus terdekat. Sebenarnya saya sudah menyiapkan peta HCMC yang saya print dari google maps, tapi peta tersebut tidak memuat info yang lengkap tentang letak halte bus sehingga kami harus bertanya ke penduduk setempat.

Bahasa menjadi kendala utama. Di Vietnam penduduknya tidak terlalu mahir  berbahasa Inggris, terpaksa kami lebih banyak menggunakan bahasa tubuh alias bahasa tarzan untuk berkomunikasi. Bertanya ke penduduk lokal tidak membuahkan hasil… Kami melanjutkan perjalanan dengan mengandalkan kemahiran Rama membaca peta. Beberapa kali traveling dengan Rama saya tau kalau dia navigator yang handal. Rama mampu membaca arah dengan tepat dan cepat. Terbukti, setelah beberapa kali menyebrang jalan akhirnya kami menemukan sebuah halte bus. Oya, menyebrang jalan di HCMC bukanlah hal yang mudah karena lalu lintasnya cukup semrawut.

Di halte bus ada papan informasi mengenai rute-rute bus, tapi sayangnya tujuan kami (District 1) atau paling tidak daerah yang terdekat dengan itu tidak ada dalam list tersebut. Lagi-lagi kami bertanya ke penduduk lokal, kali ini ke pemuda yang nongkrong di halte tersebut dengan kata kunci “Ben Thanh Market” atau “District 1” . Tapi sayangnya pemuda tersebut tidak mengerti. Ya sudah, kami lanjutkan menyusuri malam mencari halte berikutnya dengan menyebrang jalan dan berbelok di pertigaan. Walaupun nyasar, kami tetap enjoy menikmati perjalanan karena tak ada hal yang diburu.

Cukup jauh kami berjalan sampai melewati taman yang berada di tengah jalan. Tamannya cukup besar, mungkin ini tempat muda-mudi nongkrong tapi karena hujan tempatnya jadi sepi.

IMG_9615 IMG_9618

Kami sampai di persimpangan, simpang lima. Lagi-lagi terlihat kesemrawutan lalu lintas, mirip seperti Jakarta tapi ini lebih parah, hehehe. Di salah satu sisi ada halte bus, dengan hati-hati kami menyebrang kesana. Rama membaca daftar bus dan tujuannya, terdapat bus tujuan Ben Thanh Market! Untuk memastikan kami bertanya ke penduduk lokal, kali ini ke salah seorang pelajar yang sedang menunggu bus di halte tersebut.

Dia mengatakan pada jam segini bus sudah jarang atau mungkin sudah tidak ada. Dia menyarankan kami ke halte lain di seberang jalan atau naik taksi. Karena cukup lelah dan perut terasa lapar maka kami memutuskan untuk naik taksi. Nyerah? Tidak juga… Sudah terlalu malam dan agak gambling kalau tetap menunggu bus.  Oya, taksi di HCMC juga banyak yang nakal. Kami dibantu bapak-bapak di dekat pom bensin memanggilkan taksi Vinasun, salah satu taksi argo di HCMC.

Saya berikan alamat hotel tempat kami menginap ke Sopir taksi. Setelah 30 menit dan melewati beberapa tempat terkenal seperti reunification palace dan ben thanh market, kami tiba di district 1. Karena area ini adalah area turis maka hingar bingar malam sangat terasa. Badan yang awalnya terasa capek kini segar kembali. Setelah membayar taksi sebesar 102,000 VND kami masuk ke salah satu toko bertanya lokasi Luan Vu Hotel, tempat kami menginap. Lokasi hotel tepat di seberang toko, di dalam sebuah gang. Di toko ini kami membeli Peta HCMC dan mengecek nilai tukar uang. Toko-toko disini banyak yang menjual mata uang. Dari sini kami baru tau kalau nilai tukar uang di bandara tadi lebih bagus daripada di pusat kota.

Sesampainya di hotel, kami mandi dan beres-beres lalu keluar lagi mencari makan. Jalan-jalan sebentar menyusuri district 1 kami menemukan beberapa tempat makan halal, salah satunya Indian Restaurant. Kami memesan nasi goreng seharga 25,000 VND. Rasanya enak dan porsinya lumayan banyak. Lumayan mengenyangkan untuk perut yang belum diisi dengan karbohidrat sejak siang. Cuma ada hal yang sedikit mengganggu yaitu restoran ini juga menjual minuman beralkohol. Belakangan saya ketahui kalau Indian Restaurant disini banyak yang begitu meskipun memasang label halal di depan tokonya.

Besok kami akan tour ke Mekong Delta. Di district 1 banyak toko-toko yang menawarkan paket tour. Setelah compare beberapa pilihan maka kami putuskan mengambil paket tour dari Luan Vu Hotel, hotel tempat kami menginap, dengan harga 210,000 VND. Berangkat jam 7 pagi.

Hari pertama, meskipun banyak nyasar tapi cukup menyenangkan karena kami langsung “berbaur” berjalan-jalan di HCMC. Kalau langsung naik taksi dari bandara mungkin tidak akan memiliki pengalaman dialog bahasa tarzan dan jalan kaki di utara HCMC 🙂

5 thoughts on “HCMC: Day 1, Nyasar di Ho Chi Minh City

Leave a comment