Foreign · Singapore

Singapore: Day 1, Dari Mengejar Pesawat sampai Jalan Kaki Keliling Marina Bay, Clarke Quay, dan Little India

Ini adalah perjalanan pertama saya keluar negeri. Yang namanya pertama kali tentu ada rasa saya menggebu-gebu. Yang membuat saya menggebu-gebu adalah keinginan untuk mendapatkan cap imigrasi pertama di passport saya, maklum passport saya masih putih bersih, hehehe. Dan tentunya cap ini akan menjadi pembuka untuk cap-cap berikutnya. Saya menargetkan minimal mengunjungi 2 negara setiap tahunnya. Semoga saja keinginan ini dapat terwujud, aamiin.

Seperti kebanyakan wisatawan Indonesia, destinasi pertama biasanya tidak jauh-jauh, umumnya menunjungi negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia. Saya pun demikian, namun saya langsung mengunjungi kedua negara itu dalam satu trip, berangkatnya melalui Jakarta – Singapura dan pulangnya melalui Kuala Lumpur – Jakarta. Untuk itu saya sudah menyusun itinerary, memesan tiket hostel secara online, dan juga membeli tiket kereta dari Singapura ke Kuala Lumpur.

Saya tidak sendiri, ada Rama dan Reni yang menemani. Namun tiket pesawat saya dan Rama sudah dibeli jauh-jauh hari sebelumnya sedangkan tiket pesawat Reni baru dibeli belakangan ini. Alhasil penerbangan Jakarta-Singapura untuk jam yang sama harganya sudah jauh lebih tinggi, sehingga Reni terpaksa memilih penerbangan malam, jadi kami berangkat dengan penerbangan yang berbeda.

Jam 12.00 wib saya sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Saya memang berangkat lebih awal mengingat jarak yang cukup jauh, yaitu dari Cilegon, jalanan yang tidak bisa diprediksi sehingga lebih baik menyiapkan spare waktu. Rama belum tiba, ketika saya update katanya sudah berangkat. Jadi paling lama 30-45 menit dia akan segera tiba, dari Pasar Minggu – Soekarno Hatta. Tapi nyatanya Rama tak kunjung datang, katanya terjebak macet. Kalau gini ceritanya bisa-bisa rencana mendapatkan cap pertama di passport gagal total 😦

Pesawat take off jam 14.15 wib sedangkan sampai jam 13.15 wib Rama belum datang juga. Update terakhir katanya busnya sudah sampai di gerbang bandara. Dia telat begini karena sempat-sempatin mampir ke kantor terlebih dahulu untuk mengubah status email menjadi “out of office”, coba udah dari prepare dari sebelum-sebelumnya tentu tak akan bikin panik seperti ini. Dan setelah itu masih harus mampir lagi mengambil titipanku, name tag “I’m Indonesian”, ke rumah teman.

Jam 13.25 wib akhirnya Rama tiba juga di terminal 2, tinggal 20 menit sebelum waktunya boarding. Kami berlari menuju imigrasi. Tapi sayangnya kondisi sedang ramai, semua jalur antrian full sampai ke belakang, Rama mencoba mencari celah agar bisa duluan dengan bertanya ke petugasnya, tapi tak berhasil, kami tak punya pilihan selain ikut mengantri.

Selesai melewati imigrasi, kami mendengar panggilan untuk penumpang Air Asia tujuan Singapura melalui pengeras suara. Segera kami berlarian menuju gate D4. Ternyata lokasinya lumayan jauh, kami sprint sampai-sampai melintasi banyak orang. Ketemu Bu Mega juga yang saat itu dipapah dengan kursi roda, tak tau beliau mau kemana. Sebenarnya kalau tidak terburu-buru asik juga windows shopping di sini karena berjejer toko-toko yang menjual rupa-rupa barang.

Akhirnya kami tiba di ruang tunggu keberangkatan, karena panik saya langsung menuju lorong masuk ke pesawat. Di persimpangan garbarata suasana hening, dalam benak saya semua penumpang pasti sudah masuk pesawat, entah pesawat masih menunggu kami atau mungkin sudah meninggalkan garbarata. Kemudian mbak petugasnya menghampiri saya dan saya langsung bertanya, “Mbak, pesawat Air Asia yang ke Singapura lewat pintu sini?”, sambil menunjuk dua arah persimpangan. Mbak-nya menjawab, “Belum masuk pesawat, Mas. Itu penumpang lainnya masih di ruang tunggu”.

Arghh, belum masuk pesawat ternyata. Orang-orang yang rame di ruang tunggu itu ternyata calon penumpang lainnya. Malu juga rasanya saya nyelonong begitu saja, sampai-sampai ada yang ngeliatin kayaknya, hehehe. Tapi yang terpenting saya lega karena kami tidak ketinggalan pesawat (ini karena pesawatnya delay beberapa menit). Kaos yang saya pakai basah total keringatan seperti ikut “lomba lari” 🙂

Jam 17.30 kami mendarat di Changi Airport Terminal 1. Bandaranya sangat luas dan dipisahkan menjadi beberapa terminal. Dari terminal yang satu ke terminal lainnya dihubungkan dengan skytrain. Hal pertama yang kami cari adalah drinking water tap yang kepopulerannya sudah kemana-mana 🙂

IMG_4501

Yang ini kami temui di dinding sebelah toilet bandara, saya sempat bergumam dalam hati ‘jangan-jangan airnya dari sumber yang sama dengan air toilet!’. Tapi melihat kebersihan dan kerapian peralatannya maka tak ada keraguan untuk mencobanya.

Sekarang saatnya proses imigrasi dan dengan demikian maka passport saya resmi mendapatkan cap Singapura, hehehe. Ada rasa khawatir awalnya, soalnya banyak rumor yang bilang kalau passport masih kosong nanti akan ditanya macam-macam sama petuganya, bahkan katanya ada yang sampai diisolasi, hihihi. Tapi ternyata tidak juga, saya tak ada ditanya apa-apa, 1-2 menit proses selesai. Horeee, passport saya sudah dapat stempel imigrasi Singapura, wkwkwkwk.

Selanjutnya kami mencari MRT. MRT ada di terminal 2, jadi kami naik skytrain dulu dari terminal 1 ke terminal 2. Kami yang belum familiar lokasinya memilih mengikuti jalan kebanyakan orang, dengan asumsi orang-orang tersebut memiliki tujuan yang sama dengan kami, tentunya sambil membaca petunjuk arah.

Begitu banyak excitement, termasuk saat mencoba membeli tiket MRT. Disini ada petunjuk alur prosesnya. Namun untuk praktek terkadang akan terasa lebih simpel dan cepat jika melihat contoh langsung. Mau langsung mencoba takut membuat antrian panjang karena terlalu lama, maka saya coba perhatikan dulu satu dua orang lalu menirukannya, hehehe.

Keluar dari bandara, kami menuju pusat kota. Bukannya ke hostel untuk menaruh barang, tetapi rama langsung mengajak keliling-keliling. Di-itinerary seharusnya menaruh backpack dulu baru kemudian melenggang kangkung keliling Marina Bay. Tapi setelah dipikir-pikir Rama betul juga, kalau mampir ke hostel hanya untuk menaruh backpack trus pergi lagi maka sudah berapa lama waktu terbuang. Jadi daripada wasting time maka saya mengikuti usulannya. Oya, di bandara tadi kami sempat mengambil beberapa peta. Peta menjadi properti wajib sebagai patokan arah disaat GPS tidak aktif seiring paket data yang juga dinonaktifkan.

Kami turun di Stasiun MRT Marina Bay sekitar jam 18.30, jam segini langit masih terang. Suasana luar negerinya mulai berasa di sini, pejalan kaki jalannya cepat-cepat. Teratur sekali, berjalan  di pedestrian dan menyebrang di zebracross.

Gedung-gedung pencakar langit mengelilingi Marina Bay. Sejauh mata memandang ada Singapore Flyer, ada Esplanade atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gedung Durian Kembar, dan juga tentunya ada Patung Merlion yang iconic. Ketika gelap menjelang, pancaran lampu dari setiap gedung menimbulkan pemandangan warna-warni yang sangat semarak. Saya suka suasana malam di sini. Sebenarnya duduk-duduk di satu spot seperti di depan Hotel Fullerton misalnya, sudahlah cukup. Tapi karena ini pengalaman pertama tentu ingin mengeilingi ke semua sisi, 360 derajat. Maka kami pun mengitarinya sambil menyaksikan pertunjukan-pertunjukan yang ada.

IMG_4519 IMG_4532

IMG_4620 IMG_4617

Di depan Marina Bay Sands kami sempat melihat pertunjukan “Wonderful Show”. Ini adalah pertunjukkan laser di atas air mancur. Ada alur ceritanya, tapi saya tidak mendengar begitu jelas. Pertunjukan ini gratis dan tayang dua kali sehari hari pada jam 20.00 dan 21.30, kalau cuaca bagus atau tidak hujan. Lumayanlah duduk sambil istirahat sejenak, lagipula saya belum pernah melihat pertunjukan seperti ini di Indonesia.

IMG_4557 IMG_4550

Kemudian kami ke Marina Bay Sands, mal dengan konsep yang unik, di tengah-tengahnya ada selokan. Asal jangan tercemar saja, kalau tidak baunya akan kemana-mana, heheehe

IMG_4564 IMG_4567

Kami teruskan menuju jembatan sampai ke panggung terbuka, kaki lumayan pegal dan terasa haus juga. Saya membeli sebotol air mineral di booth dekat Singapore Flyer seharga 3 SGD, padahal kalau di Jakarta 1 SGD dapat 2 botol, lumayan mahal beli disini :-(. Ya sudah botolnya saya simpan saja untuk refill di water taps besok-besok, hihihi.

IMG_4583 IMG_4603

IMG_4604 IMG_4608

Lalu kami tiba di depan Esplanade, di sini ada pertunjukkan musik seperti gendang dan gamelan, mungkin saja mereka dari Indonesia. Saya sempat ambil gambar, tapi kemudian dilarang sama security-nya. Tapi ya sudah, dia juga tidak menyuruh saya menghapus gambar yang sudah di ambil. Maka jadilah gambar ini, hehehe…

IMG_4605

Terakhir sampailah di Merlion Park, tentunya berfoto dengan patung singa tak boleh dilewatkan sebagai bukti saya sudah ke Singapura, hehehe. Oya, di dekat jembatan samping Merlion Park ada es krim legendaris seharga 1 SGD sehingga dikenal dengan sebutan 1 dollar ice cream. Kami pun ikut membelinya. Bukan hanya satu, Rama malah beli 2. Mungkin bagi sebagian orang namanya bisa diganti menjadi 2 dollars ice cream, karena pesen 2 baru puas, hehehe.

IMG_4648 IMG_4653

IMG_4615

Dari Marina Bay kemudian kami menuju Clarke Quay. Kami jalan kaki mengikuti petunjuk peta menyusuri Singapore River. Jaraknya tak begitu jauh, sekitar 1,5 km saja. Di tambah suasana juga ramai maka jalan kaki tak terasa jauh, hanya saja kaki yang semakin pegal membuat jalan agak diperlambat.

IMG_4666 IMG_4663

Clarke Quay ini adalah pusat nightlife-nya Singapura. Banyak restoran, café, atau bar disini dengan konsep indoor dan outdoor. Suasana malamnya ramai sekali, musik dari satu bar ke bar lainnya saling beresonansi. Kami tidak masuk ke café-café itu, hanya menikmati dari jalanan dan jembatan saja yang juga dipenuhi oleh wisatawan dari berbagai negara.

Sudah lewat tengah malam, saatnya pulang. Dari Clarke Quay ke Inn Crowd Hostel tempat kami menginap jaraknya sekitar 2,5 km. Tak begitu jauh, tapi akumulasi capek seharian ini cukup membuat kaki malas untuk digerakkan. Mau naik MRT rutenya agak sedikit memutar dan ujung-ujungnya mesti jalan kaki juga, jadi kami putuskan lanjut jalan kaki saja. Rama yang saya andalkan membaca peta dan dia tau betul memilih jalan tikus.

Di hostel saya sms Reni menanyakan kabarnya, apakah tersesat jalan sendirian. Ternyata dia berhasil tiba dengan selamat, walaupun harus sedikit muter-muter katanya. Hebat juga dia, berani jalan sendirian, hehehe.

Hari pertama di tutup dengan istirahat tidur sambil meluruskan kaki berharap besok sudah segar kembali karena kami akan keliling kota lagi dengan jadwal yang lebih padat tentunya 🙂

4 thoughts on “Singapore: Day 1, Dari Mengejar Pesawat sampai Jalan Kaki Keliling Marina Bay, Clarke Quay, dan Little India

      1. Alhamdulillah… Dirimu apa kabar Bang 🙂
        Hayuks kapan ngetrip bareng lagi?
        Insya Allah sekarang udah agak bisa baca peta deh, ngga nyasar2 lagi deh :p

Leave a comment